Seperti ketika kita berbicara dengan menggunakan bahasa asing, pada saat yang sama memilih kosakata, menerjemahkan dan mengungkapkannya sehingga bisa membuat kita seolah kesulitan berbicara. Kurang lebih begitu penggambarannya.
Apa saran pakar yang patut kita dengarkan untuk mengatasi kesulitan mengungkapkan pikiran termasuk bagaimana kita bisa mengenali dan menangani Kecemasan kita sendiri.
Banyak teknik yang bisa kita temukan di internet atau dalam literasi buku bacaan. Ketika kecemasan menjadi hambatan utama, langkah pertama adalah mengelola kecemasan tersebut. Ini bisa dilakukan dengan latihan pernapasan, meditasi, atau berbicara di depan cermin untuk membangun rasa percaya diri.
Atau yang teknis misalnya tidak melihat ke audiens langsung tapi melihat pada titik diantara mata, agar kita tidak merasa grogi. Saya juga mempraktekkan pada siswa saya ketika kesulitan berbicara di depan teman-temannya dalam diskusi.
Dengan memperbaiki kemampuan mengungkapkan ide secara lisan dan tulisan, kita juga bisa mulai dengan memperkaya kosakata. Membaca lebih banyak buku, artikel, atau bahkan menonton konten yang beragam bisa memperkaya pilihan kata kita, sehingga kita bisa mengungkapkan pikiran dengan lebih tepat. Semakin kaya dengan bahan bacaan akan banyak referensi yang mengalir di kepala kita. Itulah salah satu kegunaan literasi-membaca, menulis dan juga bertutur kata mendiskusikannya.
Kadang-kadang saya berbicara tanpa benar-benar menyusun ide dengan baik terlebih dahulu. Melatih diri untuk mencatat ide utama atau membuat outline singkat sebelum berbicara atau menulis bisa membantu menyampaikan pesan dengan lebih jelas dan terstruktur. Meskipun dengan pembiasaan selanjutnya ide akan mengalir dengan sendirinya, apalagi di depan kelas di hadapan para siswa.
Dan seperti halnya keterampilan lainnya, latihan berkelanjutan sangat penting. Menulis jurnal harian, berlatih berbicara di depan teman atau keluarga, atau bahkan bergabung dengan klub debat atau klub penulisan bisa sangat membantu untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis.
Putri saya ketika saya tanya alasannya masuk ke sekolah pilihannya karena kesukaannya pada bahasa inggris dan ingin bergabung dalam klub english debat dis ekolah abrunya yang menurutnya terkenal itu.
Dan saran pakar lainnya yang sangat menarik adalah penggunakan Teknik “Chunking”.Teknik ini melibatkan memecah informasi kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih mudah dipahami. Daripada mencoba menjelaskan semuanya sekaligus, fokuslah pada satu gagasan utama terlebih dahulu, lalu lanjutkan ke gagasan berikutnya.
Butuh Perbaikan Konsisten Atasi Kesulitan Afasia
Sering kali kepercayaan diri menjadi kambing hitam dalam persoalan terkait persoalan ini. Ketika kita merasa yakin dengan ide dan kemampuan kita untuk menyampaikannya, semakin mudah kita untuk mengungkapkan pikiran. Kepercayaan diri akan mengurangi kecemasan dan ketakutan akan kesalahan. Rasanya kita semua sepakat dalam soal ini.
Kita memang harus terus banyak berlatih, terutama bagaimana agar bisa berpikir secara sistematis agar bisa membantu kita menyusun pikiran lebih baik, sehingga saat berbicara atau menulis, kita tahu bagaimana menyusun informasi secara jelas dan logis. Saya saja masih terus belajar untuk soal ini.
Dengan mengasah keterampilan mendengarkan dan berkomunikasi secara aktif juga bisa membantu kita lebih paham bagaimana cara menyampaikan pesan dengan tepat.
Dan solusi yang paling realistis barangkali dengan terus berlatih secara konsisten, baik dalam menulis maupun berbicara. Ini dapat dilakukan melalui latihan menulis, berbicara di depan umum, atau bahkan mendiskusikan ide dengan orang lain. Seiring waktu, kita akan belajar bagaimana mengungkapkan ide dengan lebih jelas dan tanpa hambatan besar.
Langkah kita mengikuti kompasiana adalah bagian dari membangun latihan secara konsisten dalam menyalurkan gagasan dalam bentuk tulisan. Semakin lama kita akan merasakan kekuatan yang kita miliki dari konsistensi latihan tersebut. Dan saya yakin semua kompasianer merasakan hal itu juga.