Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Atomic Habits, Kebiasaan Kecil Decluttering Atasi Hoarding Disorder Pelan Tapi Pasti!

26 Februari 2025   16:34 Diperbarui: 27 Februari 2025   14:31 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prinsip atomic habis decluttering lawan HD | SHUTTERSTOCK/HALFPOINT via Kompas.com

Ini sebenarnya kekuatiran kita yang terbesar---kecemasan---cemas karena kuatir barang hilang, tapi juga merasa tidak sepenuhnya nyaman mempertahankannya karena merasa tetap seolah butuh.

Namun, melalui pendekatan yang bijak, seperti yang diajarkan dalam buku Atomic Habits oleh James Clear, ada potensi untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang lebih bertahap, praktis, dan berkelanjutan.

Kita mungkin harus memahami terlebih dahulu, apa yang terjadi dalam pikiran seseorang yang mengalami kondisi ini. Hoarding disorder bukan hanya soal menumpuk barang secara fisik, tetapi lebih kepada gangguan psikologis yang melibatkan kesulitan dalam membuang barang, meskipun barang tersebut sudah tidak berguna.

Penyebabnya bisa sangat beragam, mulai dari trauma masa lalu, kecemasan, hingga rasa takut kehilangan atau perasaan tidak aman. Barang-barang tersebut menjadi simbol dari sesuatu yang lebih dalam---keamanan, kenangan, atau bahkan identitas diri.

Penderita hoarding disorder sering kali merasa kesulitan untuk menghadapi perasaan negatif yang muncul ketika mereka dihadapkan pada keputusan untuk membuang barang-barang tersebut. Rasa cemas, takut, atau malu bisa timbul, bahkan dengan benda-benda yang sudah jelas tidak memiliki fungsi lagi.

Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berujung pada kebingungan mental, stres yang berkepanjangan, dan bahkan gangguan dalam hubungan sosial serta kualitas hidup yang menurun.

Orang yang mengalami gangguan ini dalam kadar yang tidak akut, mungkin sering memikirkan---untuk apa barang-barang terus disimpan padahal tak pernah lagi digunakan. Pikiran itu bisa terus mengganggu dan bisa memecah konsentrasi. Belum lagi bagaimana mengatur rumah, menyediakan tempat untuk barang-barang tersebut.

prinsip atomic habis decluttering lawan HD | sumber gambar kompas.com
prinsip atomic habis decluttering lawan HD | sumber gambar kompas.com

Decluttering, Tindakan Kecil Tapi Perubahannya Berkelanjutan

Atomic Habits mengajarkan kita untuk fokus pada perubahan kecil yang konsisten namun berdampak besar dalam jangka panjang.

Kebiasaan kecil yang dibangun secara konsisten bisa menjadi pengubah hidup yang signifikan. Ini adalah prinsip yang sangat relevan ketika diterapkan dalam mengatasi hoarding disorder. 

Alih-alih mencoba melakukan perubahan besar sekaligus, pendekatan ini mengajak kita untuk melakukan perubahan yang kecil, mudah, dan tidak mengintimidasi, namun tetap mampu memberikan dampak jangka panjang.

Untuk mengatasi hoarding disorder, kita bisa memulai dengan menciptakan kebiasaan kecil yang membantu kita menjadi lebih sadar akan barang yang kita miliki, serta belajar melepaskan barang-barang yang tidak lagi dibutuhkan. 

Dengan mengikuti prinsip Atomic Habits, kita bisa mengubah pola pikir kita tentang barang, serta membangun kebiasaan yang bisa mengurangi kecenderungan untuk menumpuk barang secara berlebihan.

Salah satu cara menjaga rumah tetap rapi dan tertata adalah menyingkirkan barang-barang yang sudah tidak lagi diperlukan lagi dan rusak atau disebut decluttering.  Decluttering adalah bagian dari kebiasaan kecil--atomic habits yang berdampak luar biasa mengatasi masalah HD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun