Bayangkan, kondisi rumah dipenuhi barang lama yang menumpuk, tapi kita tak bisa mengatasi cara menyimpannya alias me-manajemeni barang-barangnya. Menyimpan barang lama yang tidak terpakai atau tidak bermanfaat lagi. Kita juga selalu tak punya waktu atau niat untuk membereskan atau menyingkirkannya karena berbagai alasan. Kita merasa cemas, karena tumpukan barang ternyata mengganggu. Entah karena menyita tempat atau karena membuat rumah terlihat penuh dan berantakan. Gangguannya termasuk pada psikologis kita---terutama rasa tidak nyaman tinggal di antara tumpukan barang-barang.
Membicarakan Hoarding Disorder (HD) meskipun bukan masalah baru namun tetap menjadi sesuatu yang menarik, apalagi jika kita kaitkan dengan prinsip atomic habits. Apa hubungannya? Bagaimanapun kebiasaan menumpuk barang, membuat rumah berserakan dalam keseharian kita bisa menjadi semacam gangguan yang tidak sederhana.
Bagi sebagian orang, menyingkirkan barang-barang yang tidak lagi diperlukan ternyata menjadi sebuah kesulitan tersendiri karena mempertimbangkan banyak hal yang sebenarnya juga tidak sepenuhnya tepat.Â
Misalnya karena kita merasa barang yang mau dibuang masih diperlukan, atau siapa tahu akan berguna nanti, barang punya banyak memori-kenangannya, padahal untuk saat ini dan mungkin nanti, manfaatnya sudah tidak relevan lagi dengan kondisi kita. Dan sebaliknya, barang-barang itu di luar sana bisa lebih bermanfaat bagi orang lain yang lebih membutuhkan.
Mengapa itu kemudian menjadi gangguan, karena kebiasaan lain kita terutama kebiasaan menunda---seperti ; ah nanti saja kalau ada waktu luang, sementara biar berantakan dulu. Pelan tapi pasti memuat masalah semakin menumpuk. Rumah makin berantakan dan barang-barang makin tidak jelas pengaturannya.
Kebiasaan menunda meski terlihat biasa namun mempengaruhi pola pikir kita, perlahan tapi pasti bisa membuat kita menjadi tidak--produktif, dalam artian manajemen dan optimalisasi waktu--terutama terkait disiplin sering terabaikan.
Dalam kadar yang kecil kebiasaan tidak mengatur barang dan membiarkan rumah berantakan, meski terlihat sepele, ternyata banyak orang terjebak dalam kebiasaan hoarding disorder, sehingga sulit sekali bisa terlepas dari barang-barang yang menurutnya selalu punya manfaat, sekalipun seiring berjalannya waktu barang-barang tertentu justru menjadi sumber masalah.
Mau dibuang sayang, tapi tidak dibuang juga tidak bermanfaat bahkan memenuhi sebagian rumah. Dan yang tidak disadari adalah gangguan HD pada psikologis atau mental kita.
Dalam praktik yang selalu saya lakukan meskipun tidak mudah, adalah berusaha untuk melakukan kebiasaan yang sederhana namun berdampak besar pada cara berpikir atau mindset kita; pertama tidak menunda pekerjaan, dan kedua, bersikap realistis terhadap barang-barang yang kita miliki terutama dari sisi kualitas dan kegunaan. Dan yang ketiga, lakukan decluttering untuk menstimulasi kita bertindak rapi terhadap barang-barang yang kita miliki.
Memang harus distimulasi dengan berpikir sederhana, bahwa ada orang di luar sana yang lebih membutuhkan barang-barang yang kita anggap masih layak disimpan tersebut daripada kita---ini  bisa menjadi cara sederhana yang bisa membantu kita mengatasi godaan HD.Â
Memangnya kenapa kita harus kuatir dengan Hoarding disorder?
Hoarding disorder atau gangguan penumpukan barang adalah suatu kondisi mental yang serius, seseorang merasa terikat emosional terhadap barang-barang yang sudah tidak lagi diperlukan atau bahkan tidak memiliki nilai praktis.
Fenomena ini tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik seseorang, tetapi juga pada kondisi psikologis dan sosial. Bahkan gangguan ini bisa mengganggu kualitas hidup seseorang, menghambat kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, dan memperburuk stres atau kecemasan yang mereka rasakan.