"Hati-hati, Lin, jalannya licin," ujar Ari mengingatkan Linda.
Mereka berdua terpisah dari rombongan sekolahnya yang hari itu berpariwisata ke air terjun yang terkenal, Air Terjun Nirwana. Linda secara tak sengaja menemukan tempat bagus untuk berfoto-foto. Sehingga ia meminta Ari, teman sekelasnya, untuk mengambil foto-foto dirinya dan pemandangan sekitar sejenak. Hal itu membuat mereka tertinggal jauh dari rombongan sekolahnya yang berjalan cepat menuju air terjun.
"Kita menyusuri jalan setapak ini menuju ke bawah aja, Ri. Air terjun kan adanya di bawah," kata Linda sok tahu. Ari hanya diam mengikuti temannya itu, tak membantahnya.
Pemandangan yang mereka lalui sungguh indah dipandang mata. Sepanjang jalan terdapat pohon-pohon besar nan hijau dan bunga-bunga liar warna-warni yang cantik. Tiba-tiba mereka melihat ada sebuah gua di ujung sana, terpisah dari jalan setapak.
"Itu ada gua, Ri. Kita ke sana, yuk!" ajak Linda.
"Tapi, Lin..." Ari mencoba mengingatkan, namun sudah terlambat. Linda sudah berlari ke arah gua tersebut.
"Gua ini apa namanya, ya?" gumam Linda lirih. Ia perlahan-lahan memasuki gua.
Ari membuntutinya dari belakang dan menyalakan lampu di telepon genggamnya. Ia menyoroti area dalam gua yang gelap dengan sinar.
"Wah, bagus banget stalaktit dan stalakmitnya." Linda terpana. Ari mengangguk, mengiyakan.
Mereka berdua meneruskan masuk ke dalam gua yang gelap. Bau yang amat menyengat menusuk hidung mereka. Seketika mereka berhenti. Ada banyak pasang mata menempel di langit-langit gua, seolah-olah memandangi Ari dan Linda.
"Itu apa, Ri?" tanya Linda setengah berbisik. Ia mencengkeram lengan Ari dengan keras.