"Tidak! Aku tak sampai menganggap demikian. Mungkin aku yang salah telah memaksakan kehendak kepada kalian. Pulanglah!"
Aku bersorak dalam hati. Akhirnya terbebas dari ocehan ibu mertua. Akhirnya terlepas dari mitos-mitos yang membuat kepalaku seperti komidi putar. Segera aku dan istri kembali ke rumah kontrakan dan menata hidup seperti dulu, sebelum ibu mertua mengacaukannya.
***
Tujuh bulan usia kehamilan istriku, akhirnya kandungannya di-scan. Ibu mertua turut serta karena ingin mengetahui jenis kelamin bakal cucunya. Aku hanya mesem-mesem.Â
"Nah, ini gambar anak Bapak! Kelihatannya sehat-sehat!" kata dokter.
"Jenis kelaminnya apa, Pak Dokter?" Ibu mertua tak sabaran.
"Perempuan!" jawab dokter.
Ibu mertua langsung memelototiku. "Itulah kalau tak mau mendengar petuah orangtua. Sudah kukatakan jangan bersolek-solek, malah membangkang. Jadinya, calon cucuku perempuan, kan?
"Laki-laki dan perempuan sama saja kok, Bu!" Dokter tersenyum-senyum tanpa mengerti arah pembicaraan ibu mertua. Sementara aku hanya membisu. Aku berpikir semuanya berjalan sesuai kehendak Tuhan.
--sekian--