Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mitos Kesehatan Masyarakat Pah Meto'

11 Maret 2024   18:25 Diperbarui: 11 Maret 2024   18:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.liputan6.com/

Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kritus terhadap jemaat, ... (Ef.5:29; TB LAI)

Pengantar

Kesehatan masyarakat sangat penting menjadi atensi kita. Oleh karena itu mulai dari rumah tangga para pasutri akan selalu mengingatkan diri sendiri dan anggota keluarganya untuk menjaga kesehatan. Pola dan gaya hidup sehat dipraktikkan secara berbeda di setiap rumah tangga pun, hal itu akan menjadi pendekatan yang menurut mereka akan memberi dampak pada kesehatan pada keluarga masing-masing.

Tanpa basa-basi, kita mengetahui pula bahwa di tengah masyarakat sedang "hidup" mitos yang berkaitan dengan kesehatan. Bila seseorang didera penyakit, bahkan penyakit yang nyaris merenggut nyawa, masih saja ada yang percaya bahwa hal itu disebabkan oleh sesuatu di sekitar mereka yang bukan karena virus tertentu, atau wabah. 

Sesuatu yang tidak kasat mata sebagai cerita yang hidup, dihidupkan dan dihidupi oleh anggota masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan, sangat memberi pengaruh pada saat seseorang jatuh sakit.

Tulisan ini mengurai sekilas tentang mitos dan penanganan sakit-penyakit di sekitar kami.

Mitos sekitar gangguan Kesehatan Tubuh

Sederhana saja beberapa ungkapan yang lazimnya diucapkan oleh anggota masyarakat di sekitar kita tentang penyakit. Misalnya, panas dalam, masuk angin, (sumber) yang oleh paramedis mereka tidak mengenal istilah teknis itu dalam disiplin ilmu yang mereka pelajari. 

Di tengah kehidupan bersama, khususnya di kalangan masyarakat Timor dan sekitarnya, ketika seseorang didera penyakit belum dapat dipastikan untuk segera tiba di fasilitas kesehatan terdekat. Puskesmas Pembantu atau Puskesmas; apalagi ke Rumah Sakit. Apa faktor penghambatnya? Mitos. 

Mari cermati beberapa istilah dalam Bahasa Meto' yang umum dikenal oleh orang Timor pengguna Bahasa Meto'

  • a'refik  ada yang mengucapkan lefik; Di dalam istilah yang satu ini ada semacam anak/cabang dari induknya: a'reif bijae, a'reif meto', a'reif nitu; Bagaimana memastikan bahwa seseorang itu terkena, 'refik? Tidak jelas! Tetapi, anehnya orang  sehat di sekitar pasien ketika dikunjungi oleh tetangga, mereka akan berkata, "... antoom a'refik!" Artinya, orang ini kena refik. Sekali lagi tidak jelas bagaimana orang dapat memastikan hal itu? Ada kepercayaan bahwa a'refik itu dibuat oleh orang tertentu untuk mencelakai orang lain. Asumsinya, a'refik  ditempatkan di suatu tempat tertentu, misalnya di jalan setapak atau di simpang jalan; bila orang yang disasar melintas, bau badan orang itu bertubrukan dengan a'refik maka orang itulah yang disasar. Ciri dan gejala bahwa seseorang itu diserang/terkena refik sangat tidak ilmiah, hanya asumsi tetapi kalangan anggota masyarakat begitu percaya hal yang demikian.Maka, tindakan "medis" ala "doketer kampung" yang disebut  "orang pintar" yakni mengambil ramuan yang juga tidak jelas namanya oleh publik. Ramuan itu kemudian dikunyah, lalu disemburkan pada tubuh yang sakit. Sembuh? Bertanyalah pada sang ramuan bagaimana ia menyembuhkannya?
  • Otes. Istilah otes sangat lazim. Sebagaimana a'refik, otes pun ada anak/cabangnya, oet oe dan oet meto'. Ramuan dengan nama yang tidak jelas, misalnya kulit kayu tertentu, dedaunan tertentu, dicampur garam dapur; dikunyah sampai halus. Campuran itulah yang kemudian disemburkan kepada pasien. Sembuh? Sekali lagi mari bertanya pada ramuan yang dipakai. Bila terjadi ada kesembuhan, maka mereka puas, lalu lupa pada fasilitas kesehatan.
  • Herat. Istilah ini diterjemhkan ke dalam Bahasa Melayu Kupang, hela step. Hal ini berkenaan dengan penyakit yang mendera bayi.Bila bayi terserang satu jenis penyakit ini di mana ia tidak dapat menggerakkan badan, maka orang tuanya tidak akan mengganggunya. Mereka akan membiarkannya untuk tidur saja, tidak dipangku dan lain-lain tindakan untuk penyelamatan. Bila ada saran untuk membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat, jawabannya, "kalau bawa ke sana, nanti kena suntik, pasti meninggal!" Bagaimana mungkin hal itu terjadi?
  • Orang bekin atau istilah lainnya suanggi. Dunia mistik di sekitar alam kehidupan bersama rasanya masih kuat melekat dalam otak kaum terpelajar sekalipun di alam modern dan serba canggih ini. Orang percaya bahwa ada orang di sekitar kehidupan bersama "bersahabat" dengan Iblis atau Penguasa Alam. Persahabatan itu melahirkan kesepakatan-kesepakatan di mana orang memohon agar kepadanya diberikan kuasa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya "mujizat". Maka, lahirlah istilah "orang pintar" dan dukun. Orang pintar pun masih dapat dikategorikan pada orang pintar menggunakan pengobatan tradisional yang serba herbal sambil berdoa, dan orang pintar yang menggunakan pengobatan tradisional sambil membaca mantera. Sementara orang pintar yang lain menggunakan mantera justru untuk mencelakai. Pada jenis ketiga ini, orang meyakini adanya penyakit yang disebut orang bekin.
  • Data di atas dapat ditambahkan oleh kaum yang menyebut diri orang Timor (Atoin' Meto)

Saya pernah menulis tentang trik penanganan penyakit ala orang Timor sebelum ke Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan. Salah satu pendekatan yang dilakukan saya sebut, kahe'. Kahe' artinya melakukan upaya "medis" bersifat sementara, yang  kiranya dapat disamakan dengan pertolongan pertama. Bila kahe' berhasil maka orang tidak lagi pergi ke rumah sakit. Padahal, kesembuhan yang demikian itu bersifat sementara oleh karena sugesti dari pasien. Ia mau sembuh ketika kepadanya disemburkan obat dari ramuan yang dikunyah. 

Siapa dapat mengira bahwa organ tubuh bagian dalam sedang "dimakan dan digerogoti" penyakit?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun