Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat untuk Bapak

30 Juli 2020   21:18 Diperbarui: 30 Juli 2020   21:18 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak,

larut sudah waktu kebersamaan dulu. Bahkan semua telah runtuh menjadi puing tak berbentuk, terserak disetiap lubang jejak langkahmu.

Kau benar, Pak. Bandung tak begitu menyeramkan seperti cerita yang berlari keluar dari mulut orang-orang, atau mungkin karena sudah ada
kedai-kedai yang menerangkan?
Sedangkan dulu hanya ada angkot hijau yang berlampu remang jurusan Cicaheum Cibiru.

Ingat kan, Pak? Kaki kecil anakmu di atas angkot itu tak bisa diam sebab mual tak segera beranjak dari sisi perutnya.

Namun, ia tak begitu saja kapok. Bahkan sekarang anak kecilmu itu kembali, Pak, dan mencoba menyapa angkot-angkot itu lagi.

Menyusuri jejak sejarah di antara daerah, menikmati gorengan dengan susu hangatnya, dan berdoa: semoga Bapak bahagia.

Bandung, Bunderan Cibiru

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun