Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bang Mus, "Ma Teguh, Jaga HP Kami, Bila Ada Japri Balas, Group Tak Usah Balas"

26 Maret 2025   19:34 Diperbarui: 26 Maret 2025   19:34 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di ruang tunggu Yarsi: Foto ibnusinapadangpanjang.com

Shalat dan berdoa selesai, aku menuju ruang rawat abang di kelas 1c lagi. "Assalamualaikum, wrwb." Ucapku. Ternyata ada Kak Rosmaida dan suami beliau datang bezuk. Kamipun bersalaman. Beliau teman Abang di persyarikatan Muhammadiyah. Abang ketua PDM dan Kak Rosmaida Ketua PDAM ( Pimpinan Daerah Aisyiyah Muhammadiyah.

"Yus, mengapa tak setuju tindakan transfusi darah, Dek? Lihat ketua pucat." Kata beliau.

"Kak, bukan tak setuju. Tapi tunda. Cek ginjal Abang dulu. Keluar hasil cek ginjal Abang boleh transfusi," jawabku sendu. Air mata kembali menetes. Akupun menceritakan bahwa kondisi Abang sama lemasnya dengan kondisi Mamaku tahun 2021 saat di rawat di rumah sakit ini juga.

Kak Ida terus mendebatku. Aku faham. Akupun tak berdaya. Pastilah semua menyalahkanku. Aku terima. Dulu, ketika mama divonis HB rendah dan harus transfusi, aku langsung saja setuju. Toh ada temanku berulang transfusi sehat. Begitupun Mama Epi temanku satunya, Mamanya sehat hingga kini.

Namun, mamaku berbeda. Ketika beliau transfusi, akhirnya gagal ginjal. Langsung stadium 5. Mama harus cuci darah. Cuma dua kali beliau cuci darah, akhirnya tutup usia. Coba siapa yang tidak trauma dengan peristiwa itu?

Ketika aku menangis pilu, perawat datang. "Bu, ginjal bapak semua positif. Bagus. Bapak bisa transfusi darah." Kata Za si perawat.

"Alhamdulillah." Ucapku. "Mudahan engkau sembuhkan suami hamba, Rabb!"

"Aamiin YRA." Balas semua. Kak Ida pun mulai menghubungi para pendonor. Begitu juga Da Edi kawan Abang.

"99 % orang sehat transfusi darah." Celutuk Epi adik Abang sedikit emosi. "Kawan saya berapa banyak yang transfusi darah, panjang umur mereka sampai sekarang." Lanjutnya bersemangat.

Langsung ada yang hilang kurasakan dalam tubuhku. Ruhku seperti melayang mendengar pernyataannya. Darahku berdesir. Mereka bebas berujar karena mereka takkan pernah merasakan nyeri di dadaku. Untunglah adik abang Epi yang menemani kami di rumah sakit ini. Sungguh keputusan medis tak bisa diselesaikan sendirian, meskipun aku istri beliau. Tapi Abang juga kakak dari 7 adiknya. Beliau juga milik persyarikatan.

Sore ini, perlahan kurasakan Abang bukan lagi hakku. Tapi milik bersama. Perih sekali. Tspi aku tak tahu apa sebabnya. Aku hanya bisa menangis meski ginjal Abang sudah dinyatakan bagus. Aku menyibukkan diri dengan bercengkrama dengan Abang. Sementara Epi dan Kak Ida sibuk bertukar pendapat sambil menjawab telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun