Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Quiet Firing Bisa Disiasati dengan Perbaikan Kualitas Kerja dan Pendekatan Agama

24 Maret 2023   10:27 Diperbarui: 30 Maret 2023   04:00 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi suasana bekerja di kantor. (sumber: Unsplash.com/@marvelous via kompas.com)

Quiet Firing?

Bagi Anda dan saya yang sudah mengecap asam garam hidup, tentu pernah mengalami quiet firing. Apa sih quiet firing itu? Quiet firing pertama populer di Washington. 

Quiet Firing merupakan fenomena yang terjadi pada karyawan berupa dilakukan pemberhentian atau pemecatan secara diam-diam oleh atasan.

Quiet firing dilakukan sebuah perusahaan agar pihak menajemen tak perlu memberikan pesangon maupun hal menyangkut keuangan lainnya yang sesuai dengan aturan yang berlaku di sebuah negara. 

Queit firing dinilai sebagai fenomena. Fenomena quiet firing dilakukan perusahaan terhadap pekerja guna pemecatan secara diam-diam. Perilaku itu tentu saja memiliki dampak yang sangat signifikan bagi para pekerja.

Quiet firing berupa perlakuan yang dilakukan atasan terhadap pekerja atau karyawan. Perlakuan itu membuat kita selaku pekerja merasa tak mempunyai kompetensi di kantor, tak diapresiasi, tak dihargai, merasa terisolasi, sehingga membuat pekerja ingin mengundurkan diri saja.

Hal-hal yang biasa dilakukan atasan seperti menghambat kemajuan karier pekerja, bahkan menghentikan kreativitas pekerja, bisa berupa penolakan kenaikan gaji, hingga kurang dukungan dari atasan dan pihak manajemen. 

Perilaku itu tentu membuat pekerja merasa tak nyaman sehingga timbul niat ingin mengundurkan diri. Inilah quiet firing. Pembiaran oleh atasan hingga pekerja merasa frustasi lalu menyerah. Mundur. Bila karyawan merasa tidak betah, harapan atasan karyawan akan berhenti dengan sendirinya.

Itulah mengapa quiet firing kita kategorikan fenomena.  Atasan secara sengaja menciptakan lingkungan kerja yang buruk sehingga karyawan merasa frustasi dan tak betah, lalu karyawan mengundurkan diri.

Adapun ciri-ciri quiet firing sebagai berikut:

Pertama, Adanya Indikasi Kemajuan Karier Pekerja Dihentikan 

Salah satu indikasi pemecatan secara diam-diam paling sering dilakukan atasan berupa, kemajuan karier karyawan dihentikan tak ada evaluasi dan follow up.

Pada situasi quiet firing seperti itu, atasan atau manajer terus mengatakan bahwa kita tak cocok pada posisi tersebut, tapi tak ada memberi solusi apa posisi yang cocok. Di mana posisi yang cocok.

Saya sewaktu honor menjadi guru di salah satu sekolah aliyah setara SMA. Namanya MAN, pernah merasakan indikasi quiet firing. Ketika saya mengajar di sekolah itu, terjadi perguliran wakil kurikulum. Wakil yang baru ternyata person yang tak menyukai saya.

Seseorang bisa kita ketahui tak menyukai kita bisa dilihat dari senyumnya saat pertama berjumpa. Kedua, ketiga, dan seterusnya. Bila tak ada kemajuan ramah di wajah orang tersebut, kita pastikan ia tak menyukai kita.

Kebetulan, saya melahirkan anak kedua kala itu. Adapula guru kontrak Bahasa Indonesia yang masuk, sayapun resmi mengundurkan diri. Tak mungkin saya bekerja sama dengan wakil kurikulum tersebut.

Kedua, Hak Kenaikan Gaji Tak Diperhatikan

Seorang atasan atau manajer cueks. Seperti saya sebut pada point satu, tak ada komunikasi, keramahan, dan diskusi. Tentu atasan seperti itu akan menolak permintaan kenaikan gaji kita.

Bahkan, wakil kurikulum itu menon-aktifkan saya tanpa ada basa basi. Ketika saya tanya murid di sana adakah jam ibuk mengajar, jawab si murid tak ada karena ada guru baru masuk. 

Demikian juga karyawan, bila atasan sudah niatan quiet firing, perusahaan bahkan dapat memberikan kenaikan gaji yang lebih rendah. Tak sesuai UMR. Meskipun upah sudah diminta dengan itikad baik.

Penolakan itu, pemberian gaji rendah, dan penonan jam mengajar saya, merupakan taktik strategis untuk membuat karyawan atau guru merasa ingin resign, ingin mengganti pekerjaan dengan mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih baik.

Kebetulan ketika saya mendapat perlakuan quiet firing dari wakil kurikulum di Madrasah Aliyah itu, saya masih punya cadangan tempat mengajar. Sayapun introspdksi diri. Bisa jadi loyalitas saya di sana tak ada selama ini. Makanya saya tak diperhitungkan.

Ketiga, Ciri Berikut bahwa Anda sedang diquiet firing, Tak Pernah Mendapatkan Nilai

Pihak menajemen dan atasan melakukan pembiaran saja. Anda dicuekin saja. Tak dianggap ada. Atasan atau manajer tak akan memberikan instruksi. Atau bila memberikan instruksi tak jelas.

Bahkan mereka mengabaikan informasi penting untuk kita. Mereka juga tak menanggapi pesan dan menolak memberikan kritik yang membangun kepada kita. Ya, seperti saya saat itu hanya berpesan kepada bendahara sekolah bahwa saya mundur dengan alasan melahirkan.

Keempat, Mendapat Perlakuan Tak Adil

Adil tak adilnya atasan kita sebenarnya relatif. Perlakuan adil dan setara sebetulnya tak bisa diukur. Cuma dari segi peningkatan karier, kita bisa merasakan salah satu tanda quiet firing. Kita tak pernah diberi job.

Saya pernah dibisiki seorang teman. "Yus, saya amati, pihak sekolah hanya memberi job untuk Kak Arin. Kamu tak pernah."

Sebetulnya, saya pun merasakan bisikan itu. Namun, saya kembali introspeksi diri, bisa jadi saya dinilai tak mampu. Biarlah. Yang penting, saya masih diberi jam mengajar. Itu yang saya garisbawahi kala itu.

Perilaku itu memang seringkali terjadi dalam kasus quiet firing di sekolah. Apalagi perusahaan. Atasan dan teman kerja membeda-bedakan rekan kerja secara mencolok.

Kelima, Mendapat Pengecualian dari Tim

Rekan kerja merupakan bagian terpenting dalam mencapai kepuasan bekerja. Bila tim dikacau manajer atau atasan dengan mendorong rekan kerja untuk menjauhkan diri dari karyawan sasaran quiet firing tentu rencana kerja berantakan.

Didapati karyawan yang bersikap dingin. Atasan atau manajer pun dingin. Bahkan perlakuan tak adil dan setara tampak jelas. Atasan yang memberikan suatu pekerjaan secara berkelompok kepada rekan lain, tetapi justru memberikan pekerjaan solo kepada kita, karyawan yang menjadi target quiet firing.

Kurangnya dukungan dari rekan kerja dan manajemen salah satu tanda peringatan quiet firinh. Ini tanda paling signifikan tentang pemecatan diam-diam. Manajer tidak berusaha memotivasi atau mengarahkan kita menuju tantangan dan peluang baru.

Keenam, Terjadi Peningkatan Birokrasi

Quiet firing dilakukan dengan terjadinya peningkatan birokrasi. Atasan akan memberikan tambahan pekerjaan sangat berat, bahkan pekerjaan itu serasa tak memungkinkan untuk kita kerjakan. 

Semuanya menjadi lebih sulit dari yang seharusnya, target pencapaian selangit, dan pekerja bekerja solo tanpa tim. Bila terjadi risiko tanggung sendiri. Suami teman saya pernah mengalami ini. 

Beliau bekerja sebagai rekrutmen nasabah di sebuah bank swasta. Target yang diberikan direktur di luar nalar beliau. Sepertinya beliau sudah ditargetkan direktur sebagai quiet firing. Beliau dengan cepat menjadi frustrasi.

Ia sampaikan keluhan itu kepada istri dan keluarga besarnya. Istri dan keluarga faham sekaligus greget. Yah, dengan ia keluar dari bank tersebut, tentu pola hidup mereka akan berubah. Lebih sederhana. Sebab, ia memilih membuka usaha P dan D di pasar.

Lalu apa yang perlu kita lakukan jika kita jadi sasaran quiet firing oleh atasan? 

Quiet Firing bisa Disiasati dengan Perbaikan Kualitas Kerja dan Pendekatan Agama Berikut:

Pertama, Introspeksi Diri atau Refleksi Diri

Introspeksi atau refleksi diri merupakan proses pengamatan atau observasi terhadap diri sendiri. Bila kita guru dengan meminta pendapat dari siswa. Bagaimana tingkat kepuasan siswa belajar dengan kita.

Biasanya menyuruh siswa menuliskan pendapat mereka tentang cara kita mengajar pada kertas. Agar mereka enjoi berpendapat dan leluasa, mereka disuruh mengubah tulisan dan kertas kerja jangan diberi inisial siswa.

Refleksi merupakan pengungkapan pemikiran mendalam yang disadari, juga keinginan, dan sensasi yang diharapkan. Proses tersebut berupa pelibatan proses mental yang disadari dan biasanya dengan maksud tertentu dengan berlandaskan pada pikiran dan perasaannya.

Dari hasil refleksi akan kita sadari apa kekurangan kita. Tandai dan catatlah kekurangan tersebut. Lalu kaji lagi, apakah kita mampu berinovasi untuk meningkatkan kualitas diri? Bila ya, bereformasilah. Mulailah bersemangat. Biarkan mereka pelaku quiet firing itu gigit jari.

Kedua, Shalat Istikharahlah

Melalui refleksi diri point pertama, sadarilah bahwa tak ada yang kekal atau abadi. Demikian juga pekerjaan. Atasan kita manusia yang rakus akan untung dan alergi akan rugi. Bila hasil refleksi kita jelek, tentu menimbulkan rasa galau dan malu. Ujungnya frustasi dan bimbang.

Lakukanlah pendekatan agama. Salat Istikharahlah. Salat istikharah merupakan salat sunnah yang dikerjakan guna meminta petunjuk Allah bagi kita, mereka, Anda, atau kamu yang berada dalam galau, frustasi, dan binbang.

Bimbang di antara dua pilihan dan merasa ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan lanjut bekerja di perusaahan ini atau berhenti pasca kita merefleksi diri. 

Saya selalu melakukan salat ini ketika mendapat bisikan seperti di atas. Merasa sendiri di sekolah, atau merasa ada yang mendzolimi (quiet firing). Ya, quiet firing dalam agama Islam artinya dzolim. Menganiaya.

Ketika urusan quiet firing kita selesaikan dengan pendekatan agama, sesudah salat dua rakaat istikharah baik dilakukan di waktu dhuha maupun malam hari, saya berdoa dengan pasrah dan ketidakberdayaan,

"Ya, Allah, engkau memiliki ilmu sedang hamba tidak. Engkau maha mengetahui sedang hamba tidak. Ya, Allah Ya Rabbi, andai menurut ilmuMu dan menurut pengetahuanMu terbaik bagi hamba bekerja di sekolah ini, baik bagi diri hamba, agama hamba, kehidupan hamba di dunia dan akhirat, dan baik bagi keluarga hamba, maka kuatkan hamba, beri kemudahan hamba bekerja, dan beri hamba kesempatan mereformasi diri hamba agar berkualitas sehingga atasan hamba menyukai kualitas dan hasil kerja hamba."

Lanjutkan doanya,

"Ya, Allah, engkau memiliki ilmu sedang hamba tidak. Engkau maha mengetahui sedang hamba tidak. Ya, Allah Ya Rabbi, andai menurut ilmuMu dan menurut pengetahuanMu, tak baik  bagi hamba bekerja di sekolah ini, tak baik bagi diri hamba, agama hamba, kehidupan hamba di dunia dan akhirat, dan tak baik bagi keluarga hamba, maka berikanlah hamba tempat bekerja yang baik di manapun tempat bekerja itu berada. Engkau sebaik-baik pemberi rezki bagi hambaMu, Ya Rabbi. Aamiin Ya Rabbal Aalaamiin."

Ketiga, Dekatilah Atasan atau Manajer lalu Bicara

Sesudah refleksi dan salat istikharah kita akan semakin yakin, resign atau bertahan. Bila memilih bertahan, dekatilah atasan kita atau manajer untuk bicara. Bicaralah dengan mereka dan meminta maaflah atas kinerja kita selama ini.

Beri dukungan untuk diri sendiri melakukan perubahan. Minta waktu kepada atasan atau manajer untuk benar-benar melakukan perubahan. Berjanjilah untuk mereformasi diri menjadi guru atau karyawan yang berkualitas, beretos kerja tinggi, dan loyal.

Dengan refleksi, pendekatan agama (salat istikharah) biasanya hati atasan pun akan mendapat imbasnya. Ketika kita berbicara dan mendekati si atasan atau manajer bisa dua kemungkinan.

Pertama, diberi kesempatan kedua bekerja tapi dengan pembacaan riwayat kesalahan kita. Duh, memang deg degan pasti. Ini doa istikharah versi 1. Nah, bersyukurlah. Berubahlah. Bekerjalah dengan baik.

Kedua, sama sekali tak diberi kesempatan kedua untuk bekerja. Si bos malah mencak-mencak. Tapi bos kembali sadar tak mungkin memecat karena nanti malah bayar pesangon. 

Terima aja perlakuan ini dulu. Tapi, lebih baik waspada dengan mencari tempat kerja yang lebih baik menurut Allah, di mana pun berada. Ini versi doa istikharah kedua.

Keempat, Meminta Pendapat dan Bantuan Orang Lain untuk Memotivasi

Nah, bila hasil dari refleksi, salat istikharah, dan berbicara dengan atasan, kita diberi kesempatan kedua, maka mintalah pendapat atau bantuan orang lain untuk memotivasi kita.

Quiet firing biasanya disebabkan oleh kualitas komunikasi kita dengan rekan kerja, atasan, dan manajer yang buruk. Kita bisa membicarakan cara kerja inovatif dengan meminta pendapat mereka. Dukugan mereka atas program kita sangat perlu.

Saya masih ingat, ketika saya mendapat jam mengajar sedikit. Saya berusaha sabar. Saya mencari tempat mengajar di sekolah lain. Tak lama, datanglah tawaran lomba menulis feature untuk siswa dari Dinas Pendidikan. Sayapun mengikutkan anak lomba.

Sampai malam hari saya bersama siswa menyiapkan tulisan mereka. Maklum komputer kala itu hanya ada di sekolah. Baru guru PNS yang punya laptop. Usaha kami tak sia-sia. Tiap tahun mereka meraih juara 1, 2, dan 3. Saya pun menjadi sangat akrab dengan kepala dan Dinas Pendidikan. 

Bahkan murid saya bernama Desi Amalia Yusri meraih juara 1 di provinsi. Kami pun lanjut lomba ke tingkat nasional. Di Jakarta Desi mendapat juara harapan 1.

Sejak itu geliat saya di sekolah bertambah. Setiap lomba kami ikuti. Perlahan sayapun menerapkan disiplin di sekolah dengan mengadakan denda. 1 sampah 500 rupiah. Ajaib, sekolah menjadi bersih.

Begitu juga kuku, rambut, baju anak keluar saya proses. Ajaib, sekolah mengalami peningkatan kedisiplinan. Yah, mereformasi cara kerja itu kuncinya agar kita dilirik dan dipertimbangkan atasan. Kadang, karena status kita honor, kita tak berani berbuat. 

Ternyata anggapan itu salah. Guru honor pun, tentu harus memberi sumbangsih prestasi bagi sekolah. Intinya, kerjakan apa yang bisa berkontribusi untuk kemajuan siswa di sekolah.

Demikian juga pekerja harus membiasakan diri untuk selalu memberikan kinerja yang terbaik di perusahaan. Mulai dari mengerjakan pekerjaan tepat waktu, disiplin selesai, dan rajin dalam segala hal. 

Anggap perusahaan rumah kedua kita. Jadikan tempat menghasilkan hasil kerja berkualitas setara kualitas kerja di rumah sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun