Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Quiet Firing Bisa Disiasati dengan Perbaikan Kualitas Kerja dan Pendekatan Agama

24 Maret 2023   10:27 Diperbarui: 30 Maret 2023   04:00 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi suasana bekerja di kantor. (sumber: Unsplash.com/@marvelous via kompas.com)

Pertama, Adanya Indikasi Kemajuan Karier Pekerja Dihentikan 

Salah satu indikasi pemecatan secara diam-diam paling sering dilakukan atasan berupa, kemajuan karier karyawan dihentikan tak ada evaluasi dan follow up.

Pada situasi quiet firing seperti itu, atasan atau manajer terus mengatakan bahwa kita tak cocok pada posisi tersebut, tapi tak ada memberi solusi apa posisi yang cocok. Di mana posisi yang cocok.

Saya sewaktu honor menjadi guru di salah satu sekolah aliyah setara SMA. Namanya MAN, pernah merasakan indikasi quiet firing. Ketika saya mengajar di sekolah itu, terjadi perguliran wakil kurikulum. Wakil yang baru ternyata person yang tak menyukai saya.

Seseorang bisa kita ketahui tak menyukai kita bisa dilihat dari senyumnya saat pertama berjumpa. Kedua, ketiga, dan seterusnya. Bila tak ada kemajuan ramah di wajah orang tersebut, kita pastikan ia tak menyukai kita.

Kebetulan, saya melahirkan anak kedua kala itu. Adapula guru kontrak Bahasa Indonesia yang masuk, sayapun resmi mengundurkan diri. Tak mungkin saya bekerja sama dengan wakil kurikulum tersebut.

Kedua, Hak Kenaikan Gaji Tak Diperhatikan

Seorang atasan atau manajer cueks. Seperti saya sebut pada point satu, tak ada komunikasi, keramahan, dan diskusi. Tentu atasan seperti itu akan menolak permintaan kenaikan gaji kita.

Bahkan, wakil kurikulum itu menon-aktifkan saya tanpa ada basa basi. Ketika saya tanya murid di sana adakah jam ibuk mengajar, jawab si murid tak ada karena ada guru baru masuk. 

Demikian juga karyawan, bila atasan sudah niatan quiet firing, perusahaan bahkan dapat memberikan kenaikan gaji yang lebih rendah. Tak sesuai UMR. Meskipun upah sudah diminta dengan itikad baik.

Penolakan itu, pemberian gaji rendah, dan penonan jam mengajar saya, merupakan taktik strategis untuk membuat karyawan atau guru merasa ingin resign, ingin mengganti pekerjaan dengan mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun