Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Luka Pram Ketika Tinuk Hanya Menginginkan Anaknya

15 Februari 2023   14:45 Diperbarui: 15 Februari 2023   15:07 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan:foto by The Asian Parent

Namun, lebih perih dari luka yang ditinggalkan istiri pertamanya, Novella. Melarikan uang bosnya 1 M.

"Pram!?" Mak menghampiri anaknya.

Pram menyerahkan surat itu kepada Maknya. Ia lupa Mak tak bisa baca. Tapi Mak menerima saja surat itu. Mak membawa surat itu kepada suaminya. Mak mendengarkan suaminya melantunkan isi surat itu.

"Bang, maaf aku pergi membawa anakmu. Izinkan aku melahirkannya dengan selamat. Izinkan aku membesarkannya sendiri. Aku hanya menginginkan anak ini, Bang. Maaf, bila selama ini aku sudah membuai abang berada dalam ikatan cinta palsu rumah tangga kita. Tujuan hidupku cuma satu, memiliki anak."

Kedua lansia itu saling bertukar pandang. 'Aneh-aneh saja kita dapat menantu.' Itulah yang berkecamuk di dalam pikiran dua lansia itu. Sungguh sandiwara hebat sudah diperankan menantunya. 12 bulan mereka bersama. Tak ada yang aneh perilaku menantunya. 

"Pram! Apa saja yang dibawa Tinuk?"

"Tak ada Mak. Semua pakaian Tinuk ada di lemari." Jawab Pram lesu. "Semua udah diatur Tinuk Mak. Ia sudah pindah kerja dari rumah sakit Panti. Tadi pimpinan rumah sakit kirim pesan lewat WA."

"Mertuamu, Pram?"

"Itu pilihan hidup Tinuk katanya, Mak. Impian Tinuk sejak lama, ingin punya anak saja."

"Tak butuh suami, Pram?"

"Ya, Mak." Sekarang mereka bertiga terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun