Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Cimahi, 1 Mei 1994. Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beware! You are "NOT" What You Think!

23 November 2022   05:00 Diperbarui: 23 November 2022   17:51 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai Sahabat Pembaca!

Mungkin sahabat ada yang tidak sependapat dengan judul yang saya tulis.

Eits!

Judul yang saya tulis itu mendasar lho! Ada Ilmunya!

Saya terinspirasi dan belajar bersama Pakar NLP-Neurosemantic Bapak Prasetya M. Brata selaku Coach keilmuan ini.

Boleh sahabat Klik Tag Artikel Kompasiana ini yang saya berikan kredit poin pada Guru saya Om Pras (Sapaan akrab beliau) yang sudah membimbing saya selama ini tentang teknologi Pikiran melalui Ilmu NLP-Neurosemantic. Berikut kumpulan artikel saya:

https://www.kompasiana.com/tag/neurosemantic

You are "NOT" What You Think!

Ya!

Mengapa demikian?

Dirimu itu adalah makhluk Allah yang berakal. Sementara pemikiranmu atau apa yang kau pikirkan hanyalah produk dari proses pikiranmu bekerja.

Jangan samakan Pemikiran dengan Dirimu.

Tidak sedikit para penulis yang tersinggung pemikirannya dikritik, tidak terima sampai mencaci maki, menghina dan mengumpat pengkritiknya. Karena doktrin "You are What You Think" tertanam pada pikirannya, entah karena terpengaruh ucapan yang umum di publikasikan, atau entah karena bacaan-bacaan yang mempengaruhi pemikirannya. Ia menilai pemikirannya adalah belahan jiwanya... waduh? Repot iki.

Pemikiran terbentuk oleh komponen-komponen yang diperoleh dalam proses panjang berkehidupan.

Berikut adalah komponen Pemikiran:

Memori - Alasan - Imajinasi - Harapan - Pemahaman - Pengetahuan - Konsep - Aturan - Kriteria - Keputusan - Izin - Referensi  - Keyakinan - Niat - Makna - Identitas -Larangan - Nilai-nilai.

Nah 18 komponen tersebutlah yang mempengaruhi pola pikir kita, hingga memproduksi sebuah pemikiran yang kita tuangkan dalam tulisan.

Oleh karenanya Rumus Kehidupan yang saya temukan:

Kebaikan tulus melahirkan Pemikiran yang Mulia.

Dengan kebaikan tulus yang kita tabur, maka kita disana memperoleh nilai-nilai kehidupan.

Dari nilai-nilai kehidupan (dan komponen Pemikiran lainnya). Maka terkreasilah asa dan pengalaman yang terkisah.

Dari pengalaman terkisah, mulailah pikiran kita bekerja, memproses informasi, hingga akhirnya lahirlah sebuah pemikiran.

Sehingga terbentuklah pemikiran penuh kebermanfaatan juga menginspirasi.

Rumus ini sangat mempengaruhi kualitas 18 komponen pemikiranmu tersebut guna melahirkan pemikiran yang sarat mutu.

Jadi jelas beda kan antara dirimu yang sejati sebagai makhluk dan apa yang kau pikirkan itu yang tertuliskan menjadi tulisan-tulisanmu?

Apa masih mau kita bela habis-habisan tulisan yang berdasar dari pemikiran kita? Yang padahal itu hanyalah produk dari pikiran kita saja? Hati-hati lho itu bisa mempengaruhi karaktermu!

Masa iya kita diperbudak Pemikiran kita sendiri? Diperbudak oleh Produk?

Justru berbahagialah jika ada kritikan yang tertera pada pemikiranmu, bisa jadi itu pil pahit yang menguatkan karaktermu di kemudian hari.

Kalau pemikiran kita ternyata bermanfaat, tapi belum apa-apa udah disanggah gimana?

Ya berarti tinggal menunggu waktu tepat... beliau menyadari manfaatnya.

Perlu kita ketahui, kekeliruan kita dalam menggeneralisir dunia kita, seringkali kita menyamaratakan dunia kita dengan dunianya orang lain.

  • Seorang beranggapan dunianya penuh dusta dan kemunafikan.

  • Sementara dunia seorang lainnya beranggapan dunianya penuh kejujuran dan kebenaran.

Sejatinya setiap orang punya dunianya masing masing tergantung lingkungan dan pergaulan yang membentuknya.

Memaksakan dunia kita kepada orang lain adalah perbuatan kurang bijak.

Kita sejatinya hidup dalam gelembung-gelembung kehidupan yang berbeda.

Bubble Life - Dunia kita tidak selamanya sama (saatchiart.com)
Bubble Life - Dunia kita tidak selamanya sama (saatchiart.com)

Apakah kita bisa menyamakan dunia kita yang tinggal di Negeri Indonesia dengan dunia seorang lainnya di Negeri Jazirah Arab? Lha budaya dan musimnya saja sudah berbeda!

Ingat!

Dunia tidak sesempit itu sahabat!

Mari kita renungkan sejenak.

Kalau udah plong... Lanjut yuks~

Nah jadi kita mesti dengan bijaksana, tidak semena-mena menyamaratakan apa yang kita pikirkan dengan seorang lainnya pikirkan. Bisa jadi kritik dari pengkritikmu itu menyelamatkan dirimu dari ngerinya rekam jejak digital.

Sementara Responmu di Dunia Maya ini berupa komentar yang kau torehkan, itu adalah sejatinya dirimu. Karena melambangkan kebiasaanmu hingga karaktermu yang mendasar dari respon yang kau berikan sehari-hari. 

Respon tentu berbeda dengan apa yang kau pikirkan, respon adalah tindakan instan tak terpikirkan sama sekali oleh dirimu, seketika hatimu menggerakan jari untuk membalas komentar sahabatmu secepat kilat, itulah karaktermu yang kamu bentuk selama berkehidupan.

Pemikiranmu saja bisa menjadi rekam jejak digital... Apalagi pandangan masyarakat terhadap karakter dirimu?

Iya gak? Eh...

Salam Mantap!

Tertanda.
Rian (Indrian Safka Fauzi)
Cimahi, 23 November 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun