Hai Sahabat Pembaca!
Mungkin sahabat ada yang tidak sependapat dengan judul yang saya tulis.
Eits!
Judul yang saya tulis itu mendasar lho! Ada Ilmunya!
Saya terinspirasi dan belajar bersama Pakar NLP-Neurosemantic Bapak Prasetya M. Brata selaku Coach keilmuan ini.
Boleh sahabat Klik Tag Artikel Kompasiana ini yang saya berikan kredit poin pada Guru saya Om Pras (Sapaan akrab beliau) yang sudah membimbing saya selama ini tentang teknologi Pikiran melalui Ilmu NLP-Neurosemantic. Berikut kumpulan artikel saya:
https://www.kompasiana.com/tag/neurosemantic
You are "NOT" What You Think!
Ya!
Mengapa demikian?
Dirimu itu adalah makhluk Allah yang berakal. Sementara pemikiranmu atau apa yang kau pikirkan hanyalah produk dari proses pikiranmu bekerja.
Jangan samakan Pemikiran dengan Dirimu.
Tidak sedikit para penulis yang tersinggung pemikirannya dikritik, tidak terima sampai mencaci maki, menghina dan mengumpat pengkritiknya. Karena doktrin "You are What You Think" tertanam pada pikirannya, entah karena terpengaruh ucapan yang umum di publikasikan, atau entah karena bacaan-bacaan yang mempengaruhi pemikirannya. Ia menilai pemikirannya adalah belahan jiwanya... waduh? Repot iki.
Pemikiran terbentuk oleh komponen-komponen yang diperoleh dalam proses panjang berkehidupan.
Berikut adalah komponen Pemikiran:
Memori - Alasan - Imajinasi - Harapan - Pemahaman - Pengetahuan - Konsep - Aturan - Kriteria - Keputusan - Izin - Referensi - Keyakinan - Niat - Makna - Identitas -Larangan - Nilai-nilai.
Nah 18 komponen tersebutlah yang mempengaruhi pola pikir kita, hingga memproduksi sebuah pemikiran yang kita tuangkan dalam tulisan.
Oleh karenanya Rumus Kehidupan yang saya temukan:
Kebaikan tulus melahirkan Pemikiran yang Mulia.
Dengan kebaikan tulus yang kita tabur, maka kita disana memperoleh nilai-nilai kehidupan.
Dari nilai-nilai kehidupan (dan komponen Pemikiran lainnya). Maka terkreasilah asa dan pengalaman yang terkisah.
Dari pengalaman terkisah, mulailah pikiran kita bekerja, memproses informasi, hingga akhirnya lahirlah sebuah pemikiran.
Sehingga terbentuklah pemikiran penuh kebermanfaatan juga menginspirasi.
Rumus ini sangat mempengaruhi kualitas 18 komponen pemikiranmu tersebut guna melahirkan pemikiran yang sarat mutu.
Jadi jelas beda kan antara dirimu yang sejati sebagai makhluk dan apa yang kau pikirkan itu yang tertuliskan menjadi tulisan-tulisanmu?
Apa masih mau kita bela habis-habisan tulisan yang berdasar dari pemikiran kita? Yang padahal itu hanyalah produk dari pikiran kita saja? Hati-hati lho itu bisa mempengaruhi karaktermu!
Masa iya kita diperbudak Pemikiran kita sendiri? Diperbudak oleh Produk?
Justru berbahagialah jika ada kritikan yang tertera pada pemikiranmu, bisa jadi itu pil pahit yang menguatkan karaktermu di kemudian hari.
Kalau pemikiran kita ternyata bermanfaat, tapi belum apa-apa udah disanggah gimana?
Ya berarti tinggal menunggu waktu tepat... beliau menyadari manfaatnya.
Perlu kita ketahui, kekeliruan kita dalam menggeneralisir dunia kita, seringkali kita menyamaratakan dunia kita dengan dunianya orang lain.
Seorang beranggapan dunianya penuh dusta dan kemunafikan.
Sementara dunia seorang lainnya beranggapan dunianya penuh kejujuran dan kebenaran.
Sejatinya setiap orang punya dunianya masing masing tergantung lingkungan dan pergaulan yang membentuknya.
Memaksakan dunia kita kepada orang lain adalah perbuatan kurang bijak.
Kita sejatinya hidup dalam gelembung-gelembung kehidupan yang berbeda.
Apakah kita bisa menyamakan dunia kita yang tinggal di Negeri Indonesia dengan dunia seorang lainnya di Negeri Jazirah Arab? Lha budaya dan musimnya saja sudah berbeda!
Ingat!
Dunia tidak sesempit itu sahabat!
Mari kita renungkan sejenak.
Kalau udah plong... Lanjut yuks~
Nah jadi kita mesti dengan bijaksana, tidak semena-mena menyamaratakan apa yang kita pikirkan dengan seorang lainnya pikirkan. Bisa jadi kritik dari pengkritikmu itu menyelamatkan dirimu dari ngerinya rekam jejak digital.
Sementara Responmu di Dunia Maya ini berupa komentar yang kau torehkan, itu adalah sejatinya dirimu. Karena melambangkan kebiasaanmu hingga karaktermu yang mendasar dari respon yang kau berikan sehari-hari.
Respon tentu berbeda dengan apa yang kau pikirkan, respon adalah tindakan instan tak terpikirkan sama sekali oleh dirimu, seketika hatimu menggerakan jari untuk membalas komentar sahabatmu secepat kilat, itulah karaktermu yang kamu bentuk selama berkehidupan.
Pemikiranmu saja bisa menjadi rekam jejak digital... Apalagi pandangan masyarakat terhadap karakter dirimu?
Iya gak? Eh...
Salam Mantap!
Tertanda.
Rian (Indrian Safka Fauzi)
Cimahi, 23 November 2022.