Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Ngemis Online Mengakibatkan Runtuhnya Nilai-Nilai Kemanusiaan

18 Januari 2023   11:13 Diperbarui: 18 Januari 2023   11:19 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut hemat penulis, aksi-aksi ini memang tidak bisa dibiarkan. Bukan saja mengundang gunjingan dan cemooh banyak orang, tapi juga bisa berdampak pada kesehatan dan keselamatan jiwa. Terlebih aktor yang melakukan itu adalah orang-orang dengan usia lanjut. Apakah kita tega melihat nenek-nenek yang sudah tua renta mandi basah guyur-guyuran tengah malam hanya demi saweran gift? Bagaimana kalo sang nenek tiba-tiba mengalami hipotermia?

Ini juga akan memicu sebuah dilema. Disatu sisi, kita mungkin akan merasa iba dan mulai tergerak untuk ikut memberi gift, tapi disisi lain dengan semakin banyaknya para penonton yang memberi dukungan dan memberi banyak gift, malah akan membuat si nenek menjadi-menjadi dan semakin sering melakukan aksinya.

Fenomena ini menurut Sosiolog Universitas Airlangga Tuti Budirahayu, adalah sebagai model pengemasan baru dari eksploitasi kemiskinan. Cara tersebut menurutnya memang bisa menarik rasa iba dari warganet hingga akhirnya banyak orang yang mau menyumbang.

Tuti juga menilai bahwa, memberikan sumbangan kepada kreator "pengemis online" tidak akan bisa mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Sumbangan itu bisa saja jatuh kepada orang-orang yang hanya memanfa'atkan kesempatan dan uangnya yang cenderung dipakai untuk kepentingan konsumsi.

Fenomena semacam ini sebenarnya bukan hal yang baru, pada Oktober 2022 yang lalu BBC News juga sempat melakukan investigasi di Tiktok dan menemukan ratusan akun yang dipergunakan oleh orang-orang untuk mengeksploitasi anak-anak dari kamp-kamp pengungsi Suriah untuk meminta sumbangan.

Beberapa akun peminta-minta tersebut menerima sumbangan hingga 1.000 Dollar AS perjam atau sekitar 15 Juta Rupiah. Namun, ketika mereka mencairkan uangnya, Tiktok dikabarkan mengutip hingga 70%. Dalam hal ini pihak Tiktok mengatakan akan melakukan tindakan cepat untuk menyikapi "pengemis eksploitatif" tersebut.

Displaced families in Syrian camps are begging for donations on TikTok while the company takes up to 70% of the proceeds, a BBC investigation found.

Children are livestreaming on the social media app for hours, pleading for digital gifts with a cash value.  Tulis BBC News.

Situasinya memang kian pelik tatkala kita menyikapi fenomena-fenomena semacam ini. Aksi-aksi tersebut bagi mereka mungkin bisa menjadi alternatif dan bahkan dijadikan sebagai jalan penghidupan guna keluar dari jerat kemiskinan, akan tetapi secara tidak langsung mereka juga telah meruntuhkan nilai-nilai kemanusiaan.

Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Sosiolog Universitas Udayana, Wahyu Budi Nugroho yang meskipun menurutnya pelaku pengemis online ini tidak mempersoalkan tindakannya, tapi sebetulnya ini merupakan bentuk degradasi nilai-nilai kemanusiaan, menurunkan harkat dan martabat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun