Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pikiran dan Hati, Mana yang Harus Diikuti?

21 Juni 2020   13:37 Diperbarui: 10 Juni 2021   11:05 16202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi (Sumber : freepik.com)

Sebelum kita mengambil keputusan, peran dari hati dan pikiran selalu berjalan beriringan. Kita kerap kali dibuat bingung mana yang perlu di ikuti, hati atau pikiran?

Ketika hati baru saja memberikan petunjuk dan jawaban untuk memutuskan, pikiran acapkali mengeluarkan alasan untuk menahan keputusan.

Akibatnya timbul lagi sebuah dilema. Kita terjebak di tengah, bingung mau mengikuti hati atau pikiran. Karena itulah peran dari pengalaman dibutuhkan.

Coba ingat-ingat, setiap kali anda mengikuti pikiran apa yang terjadi? Apakah pilihan dan keputusan-keputusan yang anda buat tepat dan terbaik untuk anda? Atau sebaliknya?

Lalu ingat-ingat, apa yang terjadi ketika anda lebih mengikuti kata hati? Apakah anda menghasilkan pilihan dan keputusan yang tepat? Atau anda malah tersesat dan stuck karena pilihan anda tersebut?.

Antara pikiran dan hati, keduanya memang memiliki karakteristik yang berbeda. Pikiran cenderung lihai dan lebih pandai menganalisis menimbang untung dan rugi. Masuk akal atau tidak, logis atau tidak.

Sedangkan hati cenderung lihai dan pandai membuat tanda tanya. Karena hati sama sekali tak memperdulikan soal untung rugi, logis ataupun tidak. Dorongan hati kerap muncul secara spontan begitu saja.

Baca juga: Hindari Peer Pressure, Ikuti Kata Hatimu

Pikiran selalu mengarah kepada kepastian dan keamanan. Sedangkan hati selalu menimbulkan misteri, kemungkinan dan petualangan.

Ketika keputusan anda sudah berada di ujung tanduk, antara harus melanjutkan atau resign dari pekerjaan misalnya, seringkali hati dan pikiran berkecamuk. Sama-sama saling mempengaruhi anda sebelum harus mengambil keputusan.

Mungkin hati anda akan berkata : "Kamu harus resign. Seharusnya kamu tidak disini. Ini bukan pekerjaan yang kamu sukai. Ini bukan tempat kamu."

Sedangkan di arah yang berlawanan, pikiran tak kalah ingin bersuara. Mungkin pikiran anda akan berkata : "Jangan resign! Nanti kamu susah dapat kerja lagi. Memangnya nanti kalau resign kamu mau kerja apa? Dapat uang dari mana?"

Berdasarkan skenario tersebut akhirnya, ada orang yang lebih memilih mengikuti hatinya. Adapula orang yang lebih memilih pikirannya. 

Pertanyaannya, selama ini ketika hendak memutuskan atau memilih sesuatu, anda lebih menggunakan peran pikiran atau hati?

Mungkin anda masih bingung, bagaimana caranya bisa membedakan mana itu suara hati dan mana itu suara pikiran.

Seorang ahli makrifat pernah mengatakan bahwa, Tuhan sebenarnya selalu berbicara setiap hari kepada mu, namun apakah kamu mendengarnya? Mengikutinya? 

Ketahuilah bahwa kata hati selalu muncul pertama kali. Dorongan atau petunjuk itu selalu datang secara tiba-tiba. Dan seringkali misi dan pesannya tidak pernah ada unsur merugikan orang lain. Itulah suara hati.

Katakanlah Anda sedang ada di dalam perjalanan, lalu kemudian tidak sengaja anda bertemu dengan seorang pengemis atau orang yang sedang mencari nafkah di jalanan.

Tiba-tiba secara spontan muncul suara-suara di kepala anda, "Kasih dong orang itu 100 ribu.". 

Kata hati anda berkata untuk segera membantunya. Beserta nominal yang dikatakannya. Lima menit berlalu, anda tak kunjung mengeluarkan dan memutuskan untuk memberikan uang ke orang tersebut.

Muncul lah suara-suara berikutnya di kepala anda, "Ah buat apa ngasih segitu banyak, apa untungnya? Saya juga kan butuh, belum beli kuota. Kasih 20 ribu aja deh." 

Akhirnya anda hanya memberinya 20 ribu rupiah dan memilih mengikuti pikiran dibanding kata hati anda.

Baca juga: Jangan Ikuti Kata Hatimu

Seperti itulah gambarannya. Bisa dipastikan bahwa suara yang pertama kali muncul adalah murni dari hati anda dan jarang sekali pesan dan ajakannya merugikan orang lain.

Sedangkan suara-suara selanjutnya adalah selalu berasal dari pikiran yang cenderung pandai menganalisis dan gemar untuk menimbang untung dan rugi.

Nah, Tuhan selalu berbicara melalui hati kita. Maka apapun yang dikatakan oleh hati, jelas sumbernya semua adalah dari Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan memberikan petunjuk melalui hati kita.

Jadi apabila dalam hidup kita kerap kali merasa ada dalam jalan yang salah dan lebih banyak dirundung masalah, bukan doa-doa atau keinginan kita yang tidak dengar, akan tetapi mungkin saja selama ini kita tidak mau mendengarkan Tuhan, tidak mau mendengarkan dan mengikuti apa kata hati sendiri.

John Izzo ph.D seorang pengusaha dan penulis buku-buku best seller Amerika Serikat pernah melakukan wawancara kepada 235 orang tua yang telah menjalani kehidupan. 

Ditemukan bahwa mereka yang bahagia dimasa tuanya adalah mereka yang mengikuti kata hatinya dan apa yang mereka pilih berdasarkan apa yang mereka sukai, apa yang mereka cintai dan berarti bagi hidup mereka. Hal itu dituangkan dalam bukunya yang berjudul, "The Five Secrets You Must Discover Before You Die".

Izzo menuturkan bahwa, salahsatu kunci untuk menemukan kebahagiaan hidup tanpa penuh penyesalan dimasa tua adalah dengan follow your heart. (Mengikuti kata hati).

Meskipun mungkin pada awalnya, ketika kita memutuskan untuk selalu mengikuti kata hati, sepanjang perjalanan itu kita akan mendapati tantangan, kepaitan, dan ujian yang tidak mudah dan berat.

Namun karena kata hati adalah bersumber dari Tuhan, sudah barang tentu meski sepanjang perjalanan itu kita akan dihadapkan pada banyak tantangan dan ujian yang berat, Tuhan pasti akan membantu dan sudah mempersiapkan jalan keluarnya.

Peran antara pikiran dan hati ini juga berlaku dalam urusan memilih pilihan krusial dalam hidup. Baik itu karir, jodoh, memilih jurusan kuliah, dsb.

Apakah kita mau mengikuti apa kata hati atau apa yang diinginkan pikiran?

Kalau anda bertanya kepada orang bijak, mereka pasti akan berkata, "Ikutilah kata hati mu." Berbeda ketika anda bertanya kepada orang pintar, "Ikutilah apa yang masuk akal bagimu."

Anda tinggal memilih, apakah mau mengikuti apa yang dikatakan orang bijak, atau mengikuti apa yang dikatakan orang pintar? Karena akan sangat beda ketika anda belajar kepada orang bijak dan belajar kepada orang pintar.

Baca juga: Mendengarkan Kata Hati, Sulitkah?

Orang pintar cenderung akan memberi nasehat-nasehat yang menjadikan kita pintar, "Sekolah yang pintar ya nak, kamu harus punya nilai bagus, supaya nanti bisa dapat kerja di perusahaan (x), supaya nanti kamu bisa jadi (x)"

Namun jangan harap kita akan menerima nasihat-nasihat yang mengesankan dari orang bijak. Karena mereka cenderung memberi nasihat seperti, "Sekolah yang benar ya nak. Banyak-banyak belajar, supaya kelak kamu jadi orang bijak, berguna dan bermanfa'at bagi orang banyak."

Karena pintar selalu berbicara tentang kepentingan. Sedangkan bijak selalu berfokus kepada kemaslahatan.

Itulah tugasnya hati, dengan mengikuti kata hati, sudah barang tentu kita akan menjadi bijak. Karena kita tidak memikirkan kepentingan, untung dan rugi. Melainkan misi dari Ilahi.

Namun pada intinya, kembali lagi pada diri kita masing-masing. Tuhan maha baik, Tuhan memberikan kita kebebasan untuk memilih. apakah kita mau selalu mengikuti kata hati, atau pikiran? 

Karena setiap pilihan dan keputusan akan selalu menghasilkan konsekwensinya masing-masing. Kita bebas untuk memilih dan memutuskan, namun kita tidak bisa lepas dari konsekwensi dari pilihan dan keputusan yang kita buat.***

Sahabat Anda
Reynal Prasetya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun