Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Pikiran dan Hati, Mana yang Harus Diikuti?

21 Juni 2020   13:37 Diperbarui: 10 Juni 2021   11:05 16202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi (Sumber : freepik.com)

Sedangkan di arah yang berlawanan, pikiran tak kalah ingin bersuara. Mungkin pikiran anda akan berkata : "Jangan resign! Nanti kamu susah dapat kerja lagi. Memangnya nanti kalau resign kamu mau kerja apa? Dapat uang dari mana?"

Berdasarkan skenario tersebut akhirnya, ada orang yang lebih memilih mengikuti hatinya. Adapula orang yang lebih memilih pikirannya. 

Pertanyaannya, selama ini ketika hendak memutuskan atau memilih sesuatu, anda lebih menggunakan peran pikiran atau hati?

Mungkin anda masih bingung, bagaimana caranya bisa membedakan mana itu suara hati dan mana itu suara pikiran.

Seorang ahli makrifat pernah mengatakan bahwa, Tuhan sebenarnya selalu berbicara setiap hari kepada mu, namun apakah kamu mendengarnya? Mengikutinya? 

Ketahuilah bahwa kata hati selalu muncul pertama kali. Dorongan atau petunjuk itu selalu datang secara tiba-tiba. Dan seringkali misi dan pesannya tidak pernah ada unsur merugikan orang lain. Itulah suara hati.

Katakanlah Anda sedang ada di dalam perjalanan, lalu kemudian tidak sengaja anda bertemu dengan seorang pengemis atau orang yang sedang mencari nafkah di jalanan.

Tiba-tiba secara spontan muncul suara-suara di kepala anda, "Kasih dong orang itu 100 ribu.". 

Kata hati anda berkata untuk segera membantunya. Beserta nominal yang dikatakannya. Lima menit berlalu, anda tak kunjung mengeluarkan dan memutuskan untuk memberikan uang ke orang tersebut.

Muncul lah suara-suara berikutnya di kepala anda, "Ah buat apa ngasih segitu banyak, apa untungnya? Saya juga kan butuh, belum beli kuota. Kasih 20 ribu aja deh." 

Akhirnya anda hanya memberinya 20 ribu rupiah dan memilih mengikuti pikiran dibanding kata hati anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun