Peralatan pengolahan masa kini juga digunakan untuk mengolah inovasi makanan/kuliner yang memiliki filosofi identitas dengan komoditas dominan, tentunya dengan kreativitas resep-resep yang semakin berkembang, misalnya saja Talas Bogor yang diolah menjadi Lapis Talas Bogor.Â
Jadi, kuliner sunda akan sangat dinamis dengan transformasinya, namun unsur kebudayaan masih sangat lekat dengan kehidupannya, karena selain demografi yang mendukung untuk produksi komoditas pangan yang diolah menjadi kuliner Sunda.
Masyarakat Sunda pun mengonsumsi secara harian, jadi inilah pola makan dan pilihan makan orang sunda dengan selera yang bisa digeneralisasikan dari setiap masakan per wilayahnya.Â
Wilujeng Sumping!Â
(Frasa tersebut sering tertempel di gapura atau pintu masuk jika masuk ke rumah makan sunda).Â
Referensi:Â
Brillat-Savarin, J. A. (1865). Physiologie du gout, ou Me'ditations de gastronomie transcendante ouvrage the'orique, historique et a'l'ordre du jour de'die'aux gastronomes parisiens. Charpentier.
Cousminer, J. J. (2017). Culinology: the intersection of culinary art and food science. Wiley.
Iskandar, J (2018). Etnobiologi, Etnoekologi, dan Pembangunan Keberlanjutan. Yogyakarta: Plantaxia.
Koentjaraningrat. (1996). Sejarah Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.Â
Open Data Provinsi Jawa Barat (2020). Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. Retrieved from https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-penduduk-berdasarkan-jenis-pekerjaan-di-jawa-barat