Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bioantropologi Etnobotani Pangan sebagai Konvergensi Interdisipliner Gastronomi

23 Maret 2024   16:06 Diperbarui: 24 Maret 2024   09:53 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara disiplin ilmu yang beragam yang ditawarkan institusi pendidikan tinggi rasanya sangat menarik perhatian para calon mahasiswa untuk bisa menjelajah betapa kayanya pengetahuan yang akan dipelajari berikut para pengajarnya yang terdiri dari pengajar bidang mayor dan minor bahkan dikatakan ahli dan pakar suatu bidang, serta peneliti yang berkontribusi untuk kemajuan penelitian dari berbagai penemuan dengan pendekatan keilmuan, namun jika jurusan tertentu tidak populer, bagaimana menatap masa depan ? Hal inilah yang akan menjadi urgensi masa depan untuk ranah pendidikan tinggi, daya tampung penerimaan mahasiswa, jenis pekerjaan yang tersedia dan tentu saja biaya kuliah yang selalu naik seiring dengan perkembangan zaman karena adanya berbagai fasilitas dan kegiatan yang disediakan, apalagi jika kegiatan tersebut wajib diikuti dan termasuk dalam syarat proyek mandiri. 

Menilik berbagai bidang disiplin ilmu yang ditawarkan oleh perguruan tinggi saat ini, tidak bisa lepas dari pengalaman empiris alumni perguruan tinggi terdahulunya yang menempuh Sekolah Menengah Atas/Umum sederajat yang pada saat itu di Indonesia sendiri jika menanyakan pada generasi Millenial (kelahiran 1981 - 1996) akan memberikan testimoni bahwa sebelum menjadi mahasiswa ada pilihan peminatan berdasarkan psikotest untuk penetapan jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) untuk mayoritas siswa yang akan mempelajari mata pelajaran : Biologi, Fisika, Matematika dan Kimia sebagai mata pelajaran wajib, sedangkan jurusan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) untuk mayoritas siswa yang akan mempelajari mata pelajaran : Antropologi, Sosiologi, Sejarah, dan Ekonomi sebagai mata pelajaran wajibnya. 

Bagaimana dengan jurusan Bahasa ? Hal ini tergantung pada ketersediaan guru/pengajar di sekolah misalkan bahasa asing wajib dikuasai siswa selain dwibahasa (Inggris dan Bahasa Indonesia) ada juga bahasa Jepang, Mandarin, Jerman, China, Arab, dan Spanyol dan itu semua kembali pada fasilitator yang memadai di setiap sekolah. 

Hal inilah yang mengantarkan kebanyakan generasi Millenial memilih jurusan kuliah sesuai dengan peminatan dari Sekolah Menengah Atas/Umumnya dan kelonggaran pemilihan lintas bidang mengikuti syarat dan ketentuan berlaku dari setiap jurusan lintas bidang dari kampus tujuan, masih teringat saja bahwa pada saat itu jurusan IPA bisa memiliki kelonggaran dan keistimewaan untuk mengambil jatah jurusan sosial humaniora ketika di perguruan tinggi. Bagaimana dengan hari ini ? Hal ini ternyata masih utopis  (sesuatu yang ideal atau mendekati kesempurnaan, seringkali tidak sesuai dengan kenyataan) jika memaksakan relevansi pada realita karena nyatanya ada banyak pekerjaan yang tersedia dengan lowongan pekerjaan yang tidak terikat dengan jurusan yang ditawarkan oleh kampus. 

Hal ini dalam kajian antropologi pendidikan disebut dengan Career Mismatch Phenomenon (Fenomena Ketidaksesuaian Karier yang disebabkan oleh berbedanya jurusan kuliah dengan lowongan pekerjaan).  

Adakah Urgensi Sains Sosial Pada Bidang Eksakta ? 

Merujuk pada definisi populer dan umum yang digunakan bahwa eksakta merupakan ilmu pasti yang sering diajarkan pada pendidikan dasar atau fundamental seperti : matematika (ilmu bilangan/hitungan) , astronomi (ilmu alam/ilmu bintang, ilmu yang membahas diluar bumi), fisika (ilmu alam mencakup : ruang,gerak,waktu, energi dan gaya), dan optika (ilmu cahaya sebagai materi) yang dipelajari melalui berbagai zaman kuno hingga modern dengan pengaruh budaya untuk memproduksi pengetahuan (sains) dengan tingkat ketelitian ketat sehingga prosesnya mengalami hal-hal metodologis untuk hasil yang akurat/pasti.  

Sedangkan pengetahuan (sains) merupakan hal-hal terstruktur/sistematis yang membantu dalam pemahaman kegiatan yang bersifat metodologis (mengikuti prosedur atau pendekatan untuk menemukan sesuatu), hal-hal metodologis itu bisa didapatkan dengan : observasi atau pengamatan, pengujian (adanya standar dan teori yang digunakan dan diuji/dilihat berapa batasannya), dan daya nalar (rasional, logis, analitis, kritis, sehingga menemukan jawaban dari pengujian hal ini didapatkan dari fenomena alam, dari penelitian terdahulu, penelusuran literatur atau referensi. Sains secara umum mengelompokkan bidang yang mayoritas dikenal oleh publik atau masyarakat manapun mengarah pada bidang : fisika, kimia (ilmu yang mempelajari susunan, struktur dan sifat materi), biologi (ilmu yang mempelajari makhluk hidup), dan matematika. 

Bagaimana dengan Sains Sosial ? Perlu didefinisikan kembali karena akan menjadi salah paham nantinya untuk penelusuran metodis dan teknisnya. 

Sains Sosial tidak termasuk ilmu pasti, alasannya karena tidak ada ukuran presisi, hitungan akurat dan terukur, hal ini sifatnya dinamis, maka dari itu bidangnya mengacu pada aspek-aspek manusia dan masyarakat, hal ini tentu saja menggunakan pendekatan ilmiah juga namun tidak seketat bidang eksakta. 

Contoh bidang populer pada Sains Sosial adalah : Sosiologi (Ilmu yang mempelajari manusia, lingkungan dan sosial), antropologi (ilmu yang mempelajari manusia dan budaya), ekonomi (ilmu yang mempelajari kebutuhan hidup dengan menggunakan sumber daya). Hal ini tentu memperhatikan aspek-aspek sosial seperti : masyarakat, perilaku manusia secara individu, kelompok dan masyarakat, serta institusi sosial atau kelembagaan dan sains sosial justru lebih kompleks.

Tidak menutup batasan keilmuan, bahwa tentu saja boleh dicampurkan antara ilmu eksakta dengan sosial. Ini akan menghasilkan pengetahuan yang lengkap, dan manusia mampu menerima berbagai pengetahuan dan informasi, hal ini dalam antropologi psikologi disebut kemampuan kognitif (kapasitas manusia dalam menerima, memproses, memahami, dan merespons informasi hal-hal baru yang datang dan diterima). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun