Mohon tunggu...
Daffa Ramadhani Putri K
Daffa Ramadhani Putri K Mohon Tunggu... Tutor - Mahasiswa

Interest: business development, digital marketing, product management, writing and research

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pangan di Ujung Tanduk, Harga Naik: Ancaman Krisis Pangan dan Upaya Membangun Ketahanan Pangan

27 Maret 2024   13:21 Diperbarui: 27 Maret 2024   13:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada Maret 2024, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengumumkan kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium untuk sementara waktu sebagai respons terhadap dinamika pasar dan ketersediaan pasokan. Kenaikan ini menciptakan perbincangan hangat di kalangan masyarakat, terutama mengingat dampaknya pada stabilitas harga beras dan implikasinya terhadap ketahanan pangan nasional. Kenaikan harga beras premium ini memunculkan keprihatinan akan potensi krisis pangan di masa yang akan datang. 

Sebagai komoditas pangan utama, ketersediaan dan harga beras menjadi indikator penting bagi keamanan pangan suatu negara. Dengan naiknya harga beras, masyarakat terutama mereka yang berpenghasilan rendah menjadi rentan terhadap kesulitan ekonomi dan akses terhadap pangan yang memadai. Meskipun Bapanas menyatakan kenaikan HET beras premium hanya bersifat sementara hingga 23 Maret 2024, langkah ini menyoroti kerentanan sistem pangan nasional terhadap fluktuasi pasar dan perubahan eksternal. Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya konkret untuk membangun ketahanan pangan nasional yang kokoh dan berkelanjutan.

Salah satu langkah yang dapat diambil adalah diversifikasi produksi pangan. Selain beras, pemerintah perlu mendorong produksi dan konsumsi pangan alternatif seperti jagung, ubi, dan sumber protein nabati lainnya. Diversifikasi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada satu komoditas pangan, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan secara keseluruhan. 

Selain itu, perlu juga ditingkatkan investasi dalam infrastruktur pertanian dan distribusi pangan. Peningkatan produktivitas pertanian melalui teknologi modern dan pendekatan berkelanjutan dapat membantu meningkatkan produksi pangan secara keseluruhan. Sementara itu, infrastruktur distribusi yang efisien akan memastikan pasokan pangan dapat mencapai seluruh lapisan masyarakat dengan harga yang terjangkau. 

Selain upaya dalam sektor pertanian, pendidikan dan akses terhadap informasi mengenai pola konsumsi pangan yang sehat dan berkelanjutan juga perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu diberdayakan untuk membuat pilihan yang tepat dalam hal pangan, sehingga dapat menciptakan pola konsumsi yang berdampak positif bagi kesehatan individu dan lingkungan. Tidak kalah pentingnya adalah penguatan sistem regulasi dan pengawasan pasar pangan. Pemerintah perlu aktif dalam mengawasi dan mengatur pasar pangan untuk mencegah praktik monopoli, hoarding, atau spekulasi harga yang dapat merugikan konsumen dan petani. 

Krisis harga beras yang terjadi merupakan cerminan dari kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Dalam menghadapi dinamika global dan lokal yang terus berubah, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan lembaga internasional menjadi kunci untuk menciptakan sistem pangan yang inklusif, berkelanjutan, dan tahan terhadap berbagai tekanan eksternal. 

Membangun ketahanan pangan bukanlah tugas yang mudah, namun dengan komitmen dan kerja sama yang kuat, Indonesia dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih baik dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan terjangkau bagi seluruh rakyatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun