3. Sistem Pengetahuan
Dalam kuliner sunda di wilayah Jawa Barat dan Provinsi Banten, masyarakat sunda sudah bisa mengindentifikasi pengetahuan lokal terutama pengetahuan bertani, mengolah ekologi, berkebun, sampai mengolah hasilnya menjadi rupa-rupa kudapan tradisional.Â
Hal ini dijelaskan dalam buku Etnobiologi, Etnoekologi, dan Pembangunan Berkelanjutan yang ditulis oleh Professor Johan Iskandar yang menjelaskan bahwa konsep hubungan manusia dengan alam serta pengolahan sumber daya alam oleh masyarakat tradisional sudah ada dari sejak dahulu.Â
Maka dari itu, sistem pengetahuan lokal untuk indentifikasi kuliner sunda mudah diadaptasi dan diproduksi hingga akhirnya terjadi migrasi pangan atau makanan, Seperti contohnya pada kuliner masa kini yang sering dijumpai :Â
- Batagor (Bandung), camilan ini merupakan makanan sepinggan yang terkenal di Bandung bahkan kalau datang ke Cimahi atau Sukabumi Batagor ini tetap namanya menjadi Batagor Bandung.Â
- Lahang/Minuman isotonik lokal dari nira (Baduy), lahang juga banyak di wilayah Jawa Barat tapi terkenalnya dari Baduy. Namun, sekarang jika ingin minum lahang, sebutannya sesuai dengan lokasi jualnya. Misalnya lahang citiis, lahang yang dijual di Pemandian Citiis Kaki Gunung Galunggung, Tasikmalaya.Â
- Tahu (Sumedang), tahu tidak hanya itu ada juga Tahu Kuningan.Â
- Soto (Bandung), Soto (Tasik) itu adalah sebutan dengan ciri khas kuahnya yang memudahkan membedakan dari wilayah di Jawa Barat, begitupun cara menikmatinya.
Begitu juga dengan makanan lainnya.
Namun banyak juga kudapan yang tersebar tidak memakai nama wilayahnya. Seperti bandros, iwul, gurandil, cocorot, burayot, Surabi, bajigur, cobek belut, gepuk sunda, lotek, dan pindang bumbu kecap serta masih banyak lagi.Â
4. BahasaÂ