Migrasi pangan dan kuliner sunda tersebar tidak hanya di wilayah Jawa Barat dan Provinsi Banten, bahkan ada yang sampai luar Indonesia dan penyebutan makanan, menu, olahan pun harus mengikuti definisi bahasanya, tidak lagi menggunakan sebutan makanannya.Â
Misalnya: Â Nasi Ketan Tabur Kelapa, untuk promosi makanan di Luar Negeri tentunya "Sticky Rice" akan mudah diterima dan dikenali dibanding dengan sebutan nama lokalnya.Â
5. Kesenian.Â
Gastronomi dan Kulinologi orang sunda tidak lepas dari kesenian yang meramaikan unsur kebudayaan, bahkan banyaknya selebrasi yang menggunakan hidangan menu juga sudah menjadi tradisi kuat dan turun-temurun, seperti Filosofi Rujak Kanistren dengan kesenian musik angklung, seruling, dan degung dimana hal ini kalau dipentaskan pada acara selamatan akan memiliki harmonisasi keakraban bermasyarakat dengan do'a-do'a yang dipanjatkan.Â
6. Sistem Mata PencaharianÂ
Adanya sajian kuliner sunda, dipengaruhi dari dominasi pekerjaan di Daerah Jawa Barat dan Provinsi Banten, dilansir dari Open Data Provinsi Jawa Barat tahun 2020, mata pencahariannya didominasi oleh petani, buruh tani, dan wiraswasta.
Hal ini menjelaskan bahwa ketersediaan pangan yang berkontribusi sebagai distribusi gizi dan kulinologi masyarakat sunda.Â
Bahkan masyarakat hukum adat dengan kampung-kampung adatnya masih melakukan tradisi menyimpan stok persediaan pangan dengan cara tradisional. Seperti di beberapa perkampungan masyarakat hukum adat kampung Naga Tasikmalaya masih memiliki leuit (lokasi penyimpanan pare beras) untuk waktu mendatang.Â
Ketersediaan komoditas beras ini mempengaruhi kuliner saat ini seperti oleh-oleh makanan khas Jawa Barat seperti: Rengginang/Ranginang, Kolontong, Aron yang dimodifikasi rasanya menjadi rasa kekinian dengan rupa-rupa rasa yang digemari anak muda.Â
7. Sistem Teknologi dan PeralatanÂ
Secara bertahap masyarakat sunda mengolah kulinernya dari cara tradisional hingga modern, contoh peralatan masak yang masih digunakan yaitu; Hawu (kompor tradisional/tungku api untuk memasak), Seeng (wadah memasak air) dan bambu (pada pembuatan sangu leumeung/nasi bambu yang diasap).Â