Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 11, Pertempuran Laut) - Penyu Hitam

23 Maret 2024   10:50 Diperbarui: 23 Maret 2024   10:56 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            "Hah.. hah.. dua sekoci sudah siap hah.. Kapten..." kata seorang yang lain, kapten Sudirman mengangguk singkat.

            "Kode Merah siap Kapten, sepuluh busur di atas dan tengah, tiga meriam di paling bawah. Sisanya delapan pedang dan tombak," orang terakhir menyatakan kesiapannya, kapten sudirman hanya tersenyum. Ia menoleh kembali ke orang pertama.

            "Setengah jam lagi arahkan kapal kembali ke posisi semula, pelabuhan Demak, turunkan kecepatan dan setelah dua kilometer, berhentikan!" ujarnya, yang dilanjutkan ke orang kedua "Ketika arah kapal berbelok lagi ke Demak turunkan tiga sekocinya, arahkah ke dua yang terdekat," tatapannya serius kepada prajurit kedua.

            "Setelah selesai, pergilah ke Demak," tambahnya.

            "Huff.. Ah, para prajurit ingin kembali ke Pinisi Mataram kapten, Huff.. kita sudah sepakat," jawab prajurit kedua, kapten Sudirman terlihat agak ragu, perlahan ia hanya mengangguk sambil menutup matanya. Ia melanjutkan perintahnya kepada prajurit ketiga,

            "Ketika kapal berhenti, bersiaplah untuk menyambut mereka, semoga tinggal satu yang tersisa. Seluruh sekoci akan diturunkan saat itu," ujarnya.

            "Berdoalah kepada Allah dan sertai selalu usaha kalian dengan dzikir kepada-Nya! Laksanakan!" perintah yang dibarengi dengan sikap hormat ketiga prajurit, mereka segera bergerak sesuai dengan tugas masing-masing. Seluruh isi ruangan mendengar apa yang mereka katakan, mungkin hanya di barisan paling belakang saja agak tak terdengar, tempat dua orang penumpang yang dari awal ikut memobilisasi para penumpang lain ke bagian dasar kapal. Abdi dan Dalem di sebelah sekoci nomor sembilan.

            "Kita ke Nusa ya Lem? Wah, untung cuma bawa barang bawaan dikit," mata Abdi melihat seorang pedagang di depan yang masih membawa kotak berbungkus kain berisi kayu gaharu. Pedagang itu terlihat menginjak satu terpal besar panjang berwarna hitam yang sampai juga di kaki Abdi dan Dalem.

            "Iya Di, sekoci tujuh sampai sembilan menuju Nusa, Semoga selamat Ya Allah..." jawab Dalem.

            Abdi menelan ludahnya sendiri sambil mengaminkan dalam hati. Suasana begitu genting dan semua menunggu untuk menaiki sekoci yang akan membawa mereka kembali ke daratan, InsyaAllah. Begitulah keadaan di dasar Kapal Pinisi Mataram. Beberapa penumpang bahkan terlihat masih bingung dengan suasana yang tiba-tiba berubah. Tiba tiba terdengar suara angin masuk akibat pintu yang dibuka di ujung sebelah atas, dekat dengan posisi Abdi dan Dalem. Seperti kap kendaraan yang terbuka, pintu itu mengarah ke dek tengah kapal. Terlihat jalan menuju ke pintu seperti perosotan yang agak licin, di kiri dan kanannya adalah tangga. Beberapa langsung paham apa yang akan dilakukan selanjutnya, mereka segera memasukkan barang bawaan ke sekoci dan memegang tepiannya.

            "NAIKKAN SEKOCI KE ATAS!" suara kapten Sudirman terdengar memenuhi ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun