Mohon tunggu...
RENDRA BC
RENDRA BC Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis menjadi bagian dari sebuah hobby, dengan menulis saya mencoba mengekpresikan apa yang ada dalam pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

7 April 2023   09:49 Diperbarui: 7 April 2023   09:59 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya dalam kehidupan kita selalu dihadapkan pada dua pilihan atau lebih yang menuntut kita untuk dapat menentukan sebuah keputusan terhadap pilihan tersebut. sebuah keputusan tersebut terkadang dipilih dengan banyak pertimbangan, kebimbangan atau dilema terhadap keputusan yang sudah ditetapkan, masih mempertanyakan apakah keputusan yang diambil tepat atau tidak. Kita akan dihadapkan juga pada sebuah pilihan keputusan dengan pilihan semuanya benar, atau keputusan itu harus memilih diantara benar dan salah.

Begitu pun ketika kita berada pada posisi menjadi seorang pemimpin. Pemimpin di sini bukan sekedar menjadi seorang kepala sekolah, tetapi menjadi pemimpin pembelajaran di dalam kelas yang kita pegang. Pada posisi tersebut akan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang perlu diputuskan penyelesaiannya dengan tepat dan sesuai.  

Dalam mempelajari tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin kita akan merujuk pada beberapa materi yang diperoleh sebelumnya, mulai dari Filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Pratap Triloka, Nilai-Nilai Kebajikan yang harus tertanam dalam diri, Kompetensi Sosial Emosional sebagai salah satu aspek penting dalam pengambilan keputusan, coaching sebagai sarana latihan pengambilan keputusan, etika dan moral yang menjadi pembeda dalam menentukan keputusan, dan tentu saja kita akan kembali memperdalam terkait hal-hal pengambilan keputusan dengan paradigma, prinsip, dan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan.

Pertama, kita akan membahas tentang bagaimana filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap triloka Ki Hadjar Dewantara terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Seperti kita ketahui ketiga semboyan tersebut memiliki makna didepan menjadi teladan, ditengah memberi semangat, dan dibelakang memberi dukungan atau motivasi.

Pratap Triloka ini mengajarkan bahwa setiap pemimpin harus bisa menempatkan diri sesuai porsinya, akan adakalanya seorang pemimpin berada paling depan dengan setiap pengambilan keputusannya yang tentu saja harus bisa menjadi teladan bagi yang dipimpinnya, adakalanya seorang pemimpin berada ditengah berjalan beriringan dengan keputusan yang senantiasa memberikan semangat kepada yang dipimpinnya untuk terus mampu memperbaiki diri dari hal-hal yang telah dilakukan. Tidak hanya berada di depan dan di tengah, seorang pemimpin juga harus berada di belakang dengan terus memberikan sebuah keputusan yang dipilih untuk mampu mendorong yang dipimpinnya untuk menjadi lebih baik.

Tentu saja pratap triloka ini sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan bagi seorang pemimpin yang harus bisa memposisikan diri berada disetiap bagian yang dipimpinnya sehingga sebuah keputusan yang diambil dapat meningkatkan baik kepercayaan diri dan tidak mengulangi kesalahan kembali.  Filosofi Ki Hadjar Dewantara sangat relevan yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan sehingga setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin tentu saja akhirnya adalah keputusan yang dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan untuk semuanya, bukan sebuah keputusan yang diambil berdasarkan ego pribadi hingga keputusan tersebut merugikan salah satu belah pihaknya.

Kedua, Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?.

Dalam kehidupan banyak sekali nilai-nilai baik yang harus kita junjung tinggi dan menjadi pedoman dalam kehidupan baik dalam berucap, berperilaku maupun dalam pengambilan keputusan. Tentu saja nilai-nilai itu harus kita pahami terlebih dahulu, setelah kita pahami kita praktikkan dengan berkesinambungan atau terus menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan baik yang sudah tertanam dalam diri kita.

Nilai kebajikan atau kebaikan yang akan kita bahas dan bisa dijadikan dasar atau pedoman, salah satunya Calon guru penggerak meletakkan Dasa Darma Pramuka sebagai kompenen nilai kebajikan yang jika diterapkan sepenuhnya akan menjadi pondasi karakter yang utuh

Dasa Darma Pramuka adalah sepuluh perbuatan baik yang menjadi pondasi pendidikan karakter pada gerakan pramuka, tetapi Dasa Darma ini relevan untuk semua unsur tidak hanya dalam kegiatan pramuka tetapi bisa diterapkan dalam pengambilan sebuah keputusan. Kita akan bahas bagaimana Dasa Darma ini jika sudah tertanam dalam jiwa dan kepribadiaan kita akan berpengaruh terhadap sebuah keputusan yang kita ambil. Nilai-nilai dasa darma yang harus diperkuat untuk pengambilan keputusan antara lain :

  • Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Pondasi nilai awal yang harus kita perkuat adalah rasa ketaqwaan kita terhadap sang pencipta kita dan meletakkannya menjadi posisi paling tinggi. Ketika nilai kebajikan ini sudah tertanam dalam diri maka keputusan yang akan kita ambil akan didasarkan pada panduan dan koridor yang benar sesuai ajaran agama yang dianut

  • Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.

Pondasi kedua adalah tentang rasa keadilan, dimana sebuah keputusan tentu saja haruslah adil, tanpa merugikan salah satu pihaknya.

  • Patriot yang sopan dan kesatria.

Pondasi ketiga adalah bagaimana meletakkan sebuah keputusan pada aturan-aturan pemerintahan yang berlaku (Patriot), tentu saja dengan penyampaian yang sopan dan menghormati orang lain dengan jiwa yang bersungguh-sungguh (Ksatria) untuk menyelesaikan permasalahan bukan untuk memperkeruhnya.

  • Patuh dan suka bermusyawarah.

Pondasi ke empat adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada rasa patuh terhadap regulasi secara agama maupun pemerintahan (undang-undang, dsb). Selain itu jika permasalahannya merupakan permasalahan bersama tindakan musyawarah dalam mengambil keputusan merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyelesaikannya.

  • Bertanggung jawab dan dapat dipercaya

Setiap keputusan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan, dan sebagai seorang pemimpin hal penting yang harus ditanamkan adalah jiwa yang dapat dipercaya, karena terkadang ada keputusan yang tidak bisa dipublikasikan untuk kepentingan yang lebih baik

 

Lima dari sepuluh point pada dasa darma jika sudah tertanam dalam diri kita akan membentuk sebuah kepribadian yang tegas yang memperhatikan pengambilan keputusan dari berbagai sudut pandang yang dapat menghasilkan keputusan yang tepat.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Pengambilan sebuah keputusan adalah sebuah tindakan memilah dari dua hal yang terjadi, dimana kondisinya bisa benar dan benar atau benar dan salah. Pengambilan keputusan bagi seorang pemimpin haruslah terus diasah, terus dikembangkan, dan terus dipelajari. Seorang pemimpin harus menempatkan diri adakalanya dengan otoritasnya, adakala memposisikan sebagai rekan atau mitra, yang tentu saja otoritas tersebut bukan pada arah pemaksaan ke nilai yang negatif tapi harus kearah yang positif.

Pengambilan keputusan ini penting bagi seorang pemimpin khususnya pada saat coaching supervisi akademik. Supervisi akademik pada saat ini bagi sebagian guru menjadi hal yang seram, membuat detak jantung berdetak kencang, hanya berfokus pada serangakaian administrasi yang harus dipenuhi, atau hanya sekedar formalitas dengan tujuan yang penting ada bukti kegiatan dari seorang pemimpin.

Dalam proses pendidikan guru penggerak ini, ada banyak hal yang dipelajari bahwa keputusan terkait pelaksanaan supervisi akademik bukan tentang penilaian kekurangan dari yang diamati, melainkan supervisi akademik adalah sebuah tindakan dimana yang diamati mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya dengan pertanyaan pemantik dari observer. Kegiatan tersebut kita kenal dengan istilah coaching.

Coaching adalah kegiatan antara coach dan coachee yang menekankan bukan pada penilaian coach kepada coachee, tetapi bagaimana coachee melihat dirinya sendiri pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mampu menemu kenali potensi dirinya sehingga ditemukan solusi oleh coachee itu sendiri.

Apa hubungannya coaching dengan pengambilan keputusan? Adakalanya kita tidak meyakini apa tindakan yang kita lakukan dalam proses menjadi pemimpin pembejaran di kelas, apakah model dan metode yang digunakan sudah relevan dengan pendidikan "zaman now" (memperhatikan kodrat zaman), apakah kegiatan tersebut sudah berdasarkan pertimbangan kebutuhan anak (kodrat alam). Hal-hal tersebut menjadi hal wajar kita pertanyakan, karena harapan dari setiap guru pasti ingin murid-murid yang diajarnya sukses dikemudian hari. Begitu juga sebagai pemimpin sekolah tentu saja harapannya setiap guru dapat mengembangkan potensi dirinya agar menjadi lebih baik.

Kegiatan coaching yang dilakukan disupervisi akademik mengacu pada alur "TIRTA" sehingga ketika kita menjadi posisi coach, mempunyai pedoman untuk menggali potensi gurunya bukan langsung memberikan solusi kepada guru tersebut. Apakah alur Tirta Itu? Kita simak penjelasannya

  • Tujuan

Sebuah kegiatan coaching supervisi akademik yang akan direncanakan haruslah memiliki tujuan. Diingatkan kembali bahwa tujuan ini bukan disampaikan oleh coach, tetapi kita menanyakan kepada coachee, apa tujuan kegiatan tersebut. hal ini bertujuan untuk menemu kenali permasalahan yang dialami oleh coachee

  • Indentifikasi

Seorang coach tentu saja harus pandai menentukan keputusan dalam memberikan pertanyaan kepada coachee sehingga pertanyaan-pertanyaan ini menjadi pemantik untuk coachee menjawabnya dan dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya. Pada kegiatan ini akan nampak pengambilan keputusan bagi coach dan coachee. Coachee akan menyampaikan mengapa masalah tersebut bisa terjadi. Coach akan terus mengidentifikasi hal-hal penyebab masalah itu terjadi sesuai dengan yang disampaikan oleh coachee dengan tetap memberikan pertanyaan-pertanyaan.

  • Rencana Aksi

Dalam langkah ini tindakan pengambilan keputusan semakin mengerucut, dimana coachee akan menjawab sendiri solusi dari permasalahan yang terjadi pada dirinya, hal apa saja yang akan direncanakan untuk melakukan aksi nyata dalam penyelesaian permasalahannya. Coach kembali belajar memutuskan pertanyaan apa yang relevan sehingga coachee terfokus pada rencana-rencana yang sesuai dengan permasalahan tersebut

  • Tanggung Jawab

Sebuah keputusan tentu saja harus senantiasa diikuti dengan rasa tanggung jawab, bahwa keputusan yang dipilih menjadi kensekuensi untuk dapat dilakukan, bukan setelah menemukan solusi terus diabaikan hingga pada akhirnya lupa dan semakin menambah permasalahan yang ada.

Tentu saja pengambilan keputusan pada proses coaching terletak pada keduanya yaitu coach dan coachee. Coach belajar tentang mengambil keputusan untuk mengajukan pertanyaan yang relavan dan memantik coacheenya, sedangkan coachee belajar tentang bagaimana mengambil keputusan untuk menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan oleh coach. Sehingga tidak menghadirkan kembali kebimbangan dalam diri kita terhadap setiap keputusan yang telah kita tetapkan.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seorang pemimpin pembelajaran harus memahami kompetensi-kompetensi yang harus dimilikinya. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi sosial dan emosional. Kompetensi ini berkaitan erat dengan perilaku tindakan terhadap sebuah pengambilan keputusan atas tindakan yang akan dilakukan, kompetensi sosial dan emosional tersebut antar lain:

  • Kesadaran diri

Kesadaran diri adalah kompetensi dimana kita memahami diri kita dan orang lain terhadap kekuatan/potensi dan kelemahan yang dimilikinya, sehingga dalam pengambilan sebuah keputusan akan lebih mudah

  • Manajemen diri

Manajemen diri adalah kompetensi terhadap penanganan emosi, hasrat, pikiran dalam berbagai situasi, sehingga keputusan yang diambil tidak didasarkan pada rasa ego, amarah tetapi diputuskan melalui pikiran yang tenang.

  • Kesadaran sosial

Kesadaran sosial adalah kompetensi yang didasarkan pada rasa empati dan mengambil berbagai perspektif sudut pandang. Bahwa sebuah keputusan terkadang kita didasarkan pada posisi dimana kita bisa merasakan diposisi orang tersebut, menerima penjelasan dari orang tersebut dan memang alasan yang disampaikan logis dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan baik etika maupun moral

  • Keterampilan berelasi

Keterampilan berelasi adalah kemampuan dalam menjalin hubungan baik secara individu maupun secara berkelompok. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi. Apa hubungan dengan pengambilan keputusan? Tentu saja kemampuan berkomunikasi akan mempermudah penyampaian kalimat  yang disampaikan sehingga mudah ditangkap oleh lawan bicara.

  • Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan diri kita menentukan sebuah keputusan yang harus bersifat kontrukstif atau membangun atau memperbaiki bukan sebuah keputusan yang malah menambah permasalahan baru dan keputusan itu dapat dipertanggungjawabkan.

Kompetensi sosial dan emosional ini harus dipahami oleh seorang pemimpin pembelajaran, apalagi dalam sebuah pengambilan keputusan yang akan berdampak bukan pada diri sendiri saja tetapi ada kepentingan untuk ornag lain. Tanpa penguasaan kompetensi sosial dan emosional keputusan akan dilandasi hanya dari ego kita pribadi, bukan keputusan yang bertujuan untuk keselamatan dan kebahagiaan untuk semuanya.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Banyak yang dipelajari pada modul terkait studi-studi kasus yang berkaitan dengan  masalah moral atau etika. Contohnya studi kasus antara lain

  • Tentang seorang guru yang melihat muridnya mencontek saat ujian, tetapi disatu pihak murid tersebut sudah diterima beasiswa, jika melaporkannya akan membuat beasiswa itu dicabut. Ada kebimbingan dalam diri guru tersebut.
  • Tentang keputusan menambahkan nilai anak-anak yang berada di bawah kriteria ketuntasan belajar, dengan pertimbangan masa depan anak
  • Kasus dimana seorang bendahara sebuah organisasi yang menggunakan anggarannya dikarenakan untuk kebutuhan urgens seperti pengobatan yang memerlukan biaya, sedangkan pada posisi ketua harus melaporkan setiap keuangan yang sudah dikeluarkan. Tetapi ada kebimbangan harus memilih yang mana.
  • Adanya penerbit buku yang datang ke sekolah dan menawarkan komisi jika memilih penerbit tersebut
  • Adanya pekerjaan pokok dan tambahan yang beriringan waktu pelaksanaannya

Di atas hanya sebagian studi kasus yang dipelajari dalam modul terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin, tentu saja kasus-kasus tersebut berada pada permasalahan dilema etika dan bujukan moral. Keputusan apa yang harus diambil, apa dasar keputusan yang dipilih.  Semua tentu saja berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri, kita menimbang baik dan buruknya,sehingga dari studi-studi kasus tersebut kita mempelajari bahwa pengambilan keputusan yang akan diambil itu menentukan semuanya.

Pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan bukan didasarkan pada karena kita dekat dengan salah satu pihaknya, diputuskan dengan posisi marah atau terburu-buru. Pengambilan keputusan yang tepat yang dipertimbangkan dari berbagai sudut pandang ini akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positi, kondusif, aman dan nyaman.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

 Pengambilan keputusan yang tepat ketika kita berada pada posisi sebagai pemimpin pembelajaran merupakan keharusan yang mutlak. Keberagaman murid di dalam suatu kelas memang fitrahnya bahwa manusia itu berbeda-beda satu dengan yang lainya baik karakter maupun kemampuan/potensi.

Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa karakter murid itu unik, tidak bisa dipaksakan seragam atau sama. Maka keputusan dalam memenuhi kebutuah yang beragam tersebut haruslah tepat untuk semuanya. Maka apa yang harus dilakukan? Kenali muridnya, lalu bagaimana mengenali muridnya?

Lakukan asesmen diagnosis awal sebagai tindakan dalam mengenali murid, lakukan pengamatan, lakukan wawancara baik pada murid, guru/wali kelas sebelumnya, kunjungan ke rumah murid untuk berkomunikasi dengan orang tua, atau mengundang orang tuanya ke sekolah untuk melihat dan mendengar bagaimana gaya belajar anak, kebiasaan anak dalam belajar.  Tindakan-tindakan tersebut adalah dasar agar pengambilan keputusan berdasarkan kebutuhan murid sehingga dapat memerdekakan murid-murid dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Hasil akhirnya bahwa pemimpin pembelajaran harus mampu memahami terkait pembelajaran diferensiasi yang melihat semua kegiatannya berdasarkan kebutuhan belajar murid. Pembelajaran yang dilihat dari segi konten, proses, dan produk yang meilhat dari berbagai gaya belajar anak, kemampuan anak sehingga dapat berkembang sesuai dengan minat murid itu sendiri.

Bukankah filosofi Ki Hadjar Dewantara sudah menjelaskan bahwa murid itu laksana tumbuhan padi maka rawatlah layaknya padi, jangan memaksa padi harus berubah menjadi jagung atau tanaman lain yang jelas itu sebuah kemustahilan. Disinilah pentingnya keputusan guru dalam menyiapkan, mengkonsep pembelajaran, mengakomidir semua untuk kesuksesan murid-muridnya dimasa yang akan datang.  

Pengambilan keputusan hal yang memang harus terus diasah, dari semua pembahasan diatas terkait pengambilan keputusan, ada beberapa paradigma yang muncul dalam menentukan pengambilan keputusan terkait pada permasalahan dilema etika yaitu:

  • Individu vs kelompok

Paradigma ini tentang konflik kepentingan pribadi dan orang banyak/kelompok

  • Keadilan vs kasihan

Paradigma ini tentang mengikuti peraturan atau tidak mengikuti peraturan

  • Kebenaran dan kesetiaan

Paradigma ini tentang pilihan apakah kita harus jujur atau tetap berada pada kesetiaan

  • Jangka pendek vs jangka panjang

Paradigma ini tentang sebuah keputusan baik untuk saat ini atau untuk masa yang akan datang

Bagi seorang pemimpin kita harus memahami permasalahan yang hadir dan menentukan paradigma  mana yang terjadi pada masalah yang muncul tersebut. kita akan dihadapkan pada keputusan-keputusan yang bernilai benar dan benar.  Tentu saja pengambilan keputusan ini harus berdasarkan prinspi-prinsip pengambilan keputusan apakah akan berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, atau berbasis rasa peduli?

Keputusan berbasis pada hasil akhir adalah keputusan yang didasarkan untuk kepentingan orang banyak, memperhatikan pada nilai kebahagiaan bukan berdarkan pada moral dan intruksi/peraturan. Keputusan berbasis peraturan bahwa segala sesuatu dilihat pada peraturan yang berlaku, melihat pada kewajiban apa yang harus dilakukan, jika tidak dilakukan maka akan ada konsekuensinya. Dan keputusan terakhir adalah berbasis rasa peduli, dimana kita memposisikan berada pada kondisi orang yang bermasalah tersebut tetapi dengan tetap memberikan batasan-batasan tertentu.   

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin yang baik memang seharusnya memperhatikan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan yaitu

  • Mengenali terlebih dahulu nilai-nilai yang bertentangan
  • Menentukan aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi tersebut
  • Pengujian benar atau salah : Uji legal, Uji publikasi, Uji intuisi, Uji Publikasi, Uji panutan idola
  • Pengujian paradigma benar atau salah
  • Melakukan prinsip resolusi
  • Investigasi opsi trilema yaitu mencari berbagai opsi penyelesaiannya
  • Buat keputusan
  • Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Kesembilan langkah ini merupakan hal yang harus dikuasai sehingga pengambilan keputusan yang dipilih bisa tepat. Jadilah pemimpin yang bijak yang mendasarkan keputusannya pada nilai-nilai kebajikan, buatlah keputusan yang bukan berdasarkan ego/amarah tetapi keputusan yang berlandaskan kebenaran etika maupun moral baik dari segi agama maupun pemerintah (undang-undang atau peraturan lainnya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun