mengeroak kerikil di rongga mulut
cambuk lidah menyakiti sukma
dan pikiran menjelma kerasnya karang"
tapi perjanjian senantiasa menunggu
menunggu keangkuhannya kembali diidamkan tanah
tanah kerap menghitung hari menuju bulan
menuju tahun menuju kesia-sian di semenanjung kehidupan
mencoba menawarkan waktu
Apabila keangkuhan tiada berganti di kewarasan hidup
Memeluk tanah adalah ranjang yang abadi
abadi di semesta raya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!