Root access. Banyak software recovery memerlukan akses root untuk membaca sektor memori yang tidak terlihat oleh sistem. Namun, proses rooting berisiko menghapus data atau mengubah struktur partisi, sehingga justru memperburuk kerusakan.
Enkripsi bawaan. Sejak Android 6.0 Marshmallow, enkripsi perangkat menjadi standar. Data tersimpan dalam bentuk terenkripsi yang hanya dapat diakses dengan kunci perangkat. Tanpa kunci ini, data sulit dipulihkan.
TRIM dan garbage collection. Teknologi yang digunakan di memori flash untuk menjaga performa justru membuat data lama cepat dihapus secara permanen setelah file dihapus oleh pengguna.
Tantangan Recovery Data di iOS
Apple menerapkan sistem keamanan yang sangat ketat pada perangkat iPhone dan iPad. Hal ini memberikan perlindungan privasi yang baik bagi pengguna, tetapi di sisi lain membuat proses recovery lebih sulit.
Enkripsi hardware. Semua data di perangkat iOS dienkripsi menggunakan kunci yang terikat pada hardware tertentu. Artinya, meskipun chip memori dipindahkan ke perangkat lain, data tetap tidak bisa diakses.
APFS dengan snapshot. Sistem file APFS mendukung snapshot yang bisa menyimpan keadaan file sebelumnya, tetapi snapshot ini juga dilindungi enkripsi dan hanya dapat diakses melalui sistem resmi Apple.
Tidak ada SD card. Berbeda dengan Android, iOS tidak mendukung penyimpanan eksternal sehingga semua data terkonsentrasi di memori internal. Hal ini membuat kerusakan hardware menjadi masalah serius karena tidak ada alternatif lokasi penyimpanan.
Akses terbatas. Apple tidak menyediakan antarmuka bagi pihak ketiga untuk membaca langsung sektor penyimpanan. Recovery biasanya harus dilakukan dengan backup iTunes, iCloud, atau software resmi.
Metode Recovery Data di Perangkat Mobile
Meski penuh tantangan, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan recovery data di perangkat mobile.