Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Disruption sebagai Wujud Heroisme Kekinian Millenials

25 November 2018   18:48 Diperbarui: 25 November 2018   19:58 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: advertising-indonesia.id

Disruption adalah salah satu istilah yang sering kita dengar belakangan ini. Istilah ini adalah singkatan dari disruptive innovation, yang adalah sebuah proses di mana sebuah barang dan jasa yang berawal dari pangsa pasar kelas bawah bergerak menuju ke atas, dan akhirnya menggantikan penguasa pasar (Christensen dalam claytonchristensen.com, 2018).

Definisi ini menunjukkan bahwa disruption adalah sebuah proses yang melibatkan berbagai bentuk inovasi. Inovasi ini melibatkan para pembaharu (disruptors) yang membawa fenomena masa depan ke masa sekarang (Kasali dalam Kompas.com, 2018).

Maka dari itu, Rumah Perubahan (dalam rumahperubahan.co.id, 2018) menyatakan bahwa fenomena disruption memiliki tiga karakteristik/ciri utama. Pertama, produk dan jasa yang dihasilkan lebih baik dari produk dan jasa sebelumnya. Kedua, harga dari produk dan jasa tersebut lebih murah dari produk dan jasa sebelumnya. Ketiga, produk dan jasa tersebut lebih mudah untuk diakses konsumen.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa ketiga karakteristik disruption ini adalah preseden dari berbagai manfaat yang muncul dari fenomena ini. Apa saja manfaat-manfaat tersebut? Hamid (2017:16) merangkai manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut:

  • Konsumen dipermudah dalam memenuhi kebutuhannya, dengan biaya pemenuhan kebutuhan yang lebih rendah.
  • Teknologi yang memudahkan, di mana ada transfer teknologi menuju yang lebih modern.
  • Mendorong persaingan berbasis inovasi yang dapat meningkatkan kualitas layanan.
  • Mengurangi jumlah pengangguran, dengan adanya pembukaan lapangan kerja baru dengan upah yang lebih tinggi.
  • Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, di mana produktivitas meningkat karena efisiensi yang lebih tinggi.

Ketika kita tinjau lebih dalam, manfaat-manfaat di atas akan dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat dalam jangka panjang. Namun, ada satu kelompok demografi yang merasakan manfaat terbesar dari disruption. Kelompok demografi tersebut adalah generasi millenial.

Generasi Millenial adalah sebuah kelompok demografi dengan anggota yang lahir pada tahun 1980an sampai tahun 2000an awal (Main dalam livescience.com, 2017).  Generasi ini adalah generasi pertama di dunia yang selalu terhubung dengan teknologi (always-connected generation). Sehingga, generasi ini memiliki beberapa karakteristik yang menonjol di masyarakat. Berikut adalah karakteristik-karakteristik tersebut (KPMG, 2017:5-6):

  • Memiliki rasa penasaran yang tinggi.
  • Suka berpindah-pindah tempat pekerjaan.
  • Mudah menerima dan merangkul perbedaan di sekitarnya.
  • Sangat menggemari dan mengerti teknologi.
  • Menuntut adanya keseimbangan waktu pekerjaan dan pribadi.
  • Memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mengutarakan pendapatnya.

Lalu, mengapa generasi millenial menikmati manfaat terbesar dari disruption? Ini terjadi karena generasi ini sarat akan karakter seorang disruptor. Bahkan, generasi ini memiliki karakteristik disruptor yang lebih menonjol dibanding generasi-generasi sebelumnya. Ini sangat terlihat rangkaian karakteristik di atas.

Sehingga, disruption membawa perubahan yang mendorong kemajuan negeri ini, dengan generasi millenial sebagai disruptors. Namun, apakah disruptors baru muncul di Indonesia pada masa ini? Tidak. Sepanjang sejarah, sudah muncul banyak disruptors yang mendorong kemajuan negeri ini dengan berbagai aksi-aksi mereka. Siapakah disruptors ini?

Mereka adalah para pahlawan dan pejuang nasional yang telah mendahului kita. Dalam konteks ini, para pahlawan dan pejuang nasional kita adalah disruptors. Aksi-aksi heroik yang mereka lakukan atas dasar heroisme adalah disruption. Para kolonialis dan imperialis adalah penguasa lama yang harus digantikan. Terakhir, pemerintahan sendiri yang berdaulat adalah produk dari disruption tersebut. Parallel dengan generasi millenial, bukan?

Keduanya sama-sama mewujudkan heroisme mereka dengan menjadi disruptors. Namun, cara mewujudkannya sudah berbeda. Generasi millenial adalah generasi yang kekinian. Sehingga, heroisme yang mereka wujudkan adalah heroisme kekinian.

Dengan demikian, penulis menyadari betapa pentingnya arus fenomena disruption sebagai media penyaluran heroisme generasi millenial Indonesia. Maka, penulis mengambil topik ini sebagai topik esai penulis, untuk mengkaji arus fenomena disruption sebagai wujud heroisme kekinian generasi millenial Indonesia, dan akibat yang muncul dari arus fenomena disruption tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun