Namun ada sesuatu yang tak pernah bisa aku lupakan, rindu.
"Pak, kapan pulang ke kota?" tanya seorang muridku, Adit, pagi ini.
Aku tersenyum. "Doakan saja, semoga sebentar lagi Nak."
Doa. Itu satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang. Setiap hari dalam 5 waktu aku berdoa agar mutasi segera datang. Aku ingin kembali, ingin menjalani hidup bersama istriku, ingin merasakan kehangatan rumah yang selama ini hanya bisa kubayangkan.
Kadang aku bertanya-tanya, apakah pengorbanan ini sepadan? Tapi setiap kali melihat anak-anak di sini, semangat mereka untuk belajar, dan bagaimana mereka menggantungkan harapan pada gurunya, aku sadar bahwa aku masih punya tugas yang harus kuselesaikan.
Namun, aku tetap menunggu.
Menunggu kabar dari dinas.
Menunggu saat di mana aku bisa mengemas barang, naik kapal, dan kembali ke rumah yang sesungguhnya.
Menunggu hari di mana aku bisa memeluk istriku tanpa perlu terburu-buru mengejar waktu.
Karena aku percaya, setiap rindu pasti akan menemukan jalannya untuk pulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI