Mohon tunggu...
Luh Putu Rani Merlina
Luh Putu Rani Merlina Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha Prodi Pendidikan Kimia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pagerwesi : Galungannya Orang Buleleng dan Benteng Spiritual Umat Hindu

11 September 2025   20:55 Diperbarui: 11 September 2025   20:55 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pulau Bali dikenal sebagai pulau seribu pura, tempat di mana tradisi, spiritualitas, dan kebudayaan menyatu dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satu tradisi yang unik dan penuh makna adalah Hari Raya Pagerwesi, hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Rabu Kliwon. Perayaan ini memiliki arti penting, karena dimaknai sebagai momen memperteguh iman, memperdalam pengetahuan spiritual, sekaligus membentengi diri dari pengaruh negatif kehidupan duniawi.

Tahun ini, tepat pada 10 September 2025, Pagerwesi kembali dirayakan dengan penuh semangat. Umat Hindu di Bali maupun daerah lain di Indonesia melaksanakan sembahyang di pura, rumah, hingga tempat suci keluarga, memohon berkah perlindungan dan kebijaksanaan dari Sang Hyang Widhi Wasa.

Makna dan Filosofi Pagerwesi

Secara etimologis, Pagerwesi berasal dari kata pager yang berarti pagar, dan wesi yang berarti besi. Secara harfiah, hari suci ini dimaknai sebagai "pagar besi", yakni simbol perlindungan yang kokoh bagi kehidupan spiritual manusia.

Dalam Lontar Sundarigama, Pagerwesi disebut sebagai hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga. Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Sang Hyang Pramesti Guru dipuja sebagai Guru Sejati, sumber pengetahuan suci yang membimbing umat menuju jalan dharma.

Filosofi Pagerwesi berakar pada konsep ketuhanan Hindu yang menyebut Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta, pemelihara, sekaligus pelebur alam semesta (Utpeti, Stiti, dan Pralina). Dalam aksara suci, konsep ini diwakili oleh mantra Ang, Ung, Mang, yang menggambarkan kekuasaan-Nya yang tak terbatas.

Bagi umat Hindu, Pagerwesi memiliki bobot yang sama besar dengan Galungan dan Kuningan. Sebab, inti dari perayaan ini adalah membangun benteng spiritual melalui ilmu pengetahuan, kesadaran diri, dan keteguhan iman agar tidak goyah oleh pengaruh negatif yang datang dari Sad Ripu (enam musuh dalam diri: kama, lobha, krodha, moha, mada, matsarya) serta Sapta Timira (tujuh kegelapan batin).

Rangkaian Hari-Hari Suci dari Saraswati ke Pagerwesi

Pagerwesi tidak bisa dilepaskan dari perayaan Saraswati, hari turunnya ilmu pengetahuan suci yang jatuh setiap enam bulan sekali pada Sabtu Umanis Watugunung. Empat hari setelah Saraswati, umat Hindu kemudian merayakan Pagerwesi sebagai hari untuk membentengi ilmu tersebut agar tidak disalahgunakan.

Berikut makna rangkaian hari-hari suci dari Saraswati menuju Pagerwesi:

1. Hari Saraswati (Sabtu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun