Pagerwesi sebagai Peringatan dan Pedoman Hidup
Lebih dari sekadar upacara keagamaan, Pagerwesi mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang universal. Ia mengingatkan manusia untuk:
1. Menjaga ilmu pengetahuan agar tidak disalahgunakan untuk keserakahan atau kehancuran.
2. Mengendalikan hawa nafsu dengan mengekang Sad Ripu dan mengikis Sapta Timira.
3. Memuliakan alam dengan menghargai anugerah kesuburan, kesejahteraan, dan harmoni.
4. Memperkuat iman sebagai benteng menghadapi godaan dunia modern.
Pesan ini sejalan dengan konsep Tri Hita Karana, yang menekankan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.
Hari Raya Pagerwesi adalah warisan luhur yang mengajarkan manusia arti perlindungan sejati. Di Buleleng, perayaan ini berkembang dengan kekhasan yang menjadikannya bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat setempat. Sebagai "Galungannya orang Buleleng", Pagerwesi menegaskan bahwa setiap tradisi memiliki cara unik dalam mengekspresikan iman, tetapi makna spiritualnya tetap sama: memperteguh keyakinan, memuliakan ilmu pengetahuan, dan membangun pagar besi dalam diri.
Di era modern, pesan Pagerwesi terasa semakin relevan. Ketika manusia menghadapi derasnya arus globalisasi, teknologi, dan materialisme, benteng spiritual adalah kunci agar tetap teguh di jalan dharma. Pagerwesi hadir sebagai pengingat bahwa pagar besi terkuat bukan berada di luar diri, melainkan di dalam hati yang dipenuhi iman, pengetahuan, dan kebijaksanaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI