**
Gio dan Dinar tiba di pemakaman umum. Gio dengan seribu pertanyaan di kepalanya, hanya mengikuti arah Dinar melangkah. Perasaannya mulai tidak enak. Apakah cinta pertama Dinar sudah meninggal?
"Assalamualaikum," Dinar mengucap salam sambil berjongkok di samping suatu makam, di bawah pohon bunga dahlia.
Deg. Gio langsung tidak bisa berkata-kata. Apalagi setelah ia membaca nama yang terpahat di keramik makam.
Erik Budiman.
Gio tahu betul, bahwa nama lengkap Dinar adalah Dinar Malik Budiman. Dinar tak pernah bercerita tentang bagaimana perasaannya selama ini ditinggal ayahnya. Gio terlalu takut untuk menanyakannya, karena takut Dinar menjadi sedih dan tidak ingin membahasnya.
"Aku ingin menjadi daun-daun kering ini, Gi."
"Kenapa?"
"Ia selalu ditakdirkan jatuh, ke tanah, ke makam ini. Meskipun ia juga bisa terbang terbawa angin, atau disapu orang dan dibuang, bahkan dibakar. Dia akan selalu tergantikan oleh daun yang baru, seperti terlahir kembali dari ranting dan pohon yang sama."
Gio terdiam.
"Aku juga ingin terus terlahir kembali untuk ditakdirkan berada di atas tanah basah ini. Berada di dekat Ayah."