Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

KDRT Keluarga Terulang Kembali! Mengapa Ayah Tega Menyakiti Anak-anak?

22 Desember 2022   14:12 Diperbarui: 22 Desember 2022   14:36 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Pixabay

Beberapa kisah nyata ayah menyakiti anak pada akhir tahun ini mirisnya mewarnai media sosial dan berita utama di Indonesia. Mulai dari ayah tega membunuh anak perempuannya karena istri minta cerai, ayah memaki, memukul dan menendang kepala anak laki-laki yang main game online saat masih PJJ Pandemi Covid-19, hingga ayah menyakiti/melukai anak yang sedang tidur.

Mengapa figur seorang ayah yang notabene adalah kepala keluarga dan suami dari istri yang seyogyanya mengayom keluarga bisa berubah kasar dan beringas?

Bahkan dalam keseharian, pasti ayah-ayah pernah paling tidak sekali dua kelepasan memarahi anak atau memukul barang sekali, meski setelah itu kerap menyesalinya.

Tidak mudah menjadi seorang ayah, apalagi yang bekerja berat dan keras setiap harinya. Jangankan yang miskin atau kekurangan secara ekonomi, bahkan dalam kasus ayah memukul anak yang main game online, pelaku dikenal sebagai orang berada dengan tingkat ekonomi mampu.

Untuk menjadi seorang ayah, tidak hanya diperlukan kesanggupan membiayai keluarga, namun juga kesiapan mental dan kesabaran ekstra besar. Walaupun seorang ibu memiliki tugas utama memelihara dan mendidik keluarga sebagai partner ayah, sejatinya ayah sebagai ketua kelompok adalah pemimpin yang bisa mengendalikan dan mengambil keputusan.

Ayah bagaikan lokomotif sebuah kereta api, istri dan anak adalah gerbong-gerbongnya. Jika ayah keliru atau salah, gerbong-gerbongnya bisa turut celaka.

Ayah bukan hanya pack leader atau team leader saja. Ayah juga harus memiliki kebijaksanaan seorang pria. Itulah sebabnya seorang pria harus belajar menjadi gentleman dulu sebelum siap menjadi seorang ayah. Gentle bukan berarti jadi klemer-klemer atau kemayu, melainkan mampu melembutkan diri, respek, menjaga keutuhan dan memberi rasa aman dan nyaman bagi keluarganya.

Boleh ayah ibu sama-sama kompak memperingatkan anak, menghukum atau memberi sanksi jika anak bersalah. Namun harus ingat pada batasan-batasan serta belajar terus mengendalikan amarah dan diri.

Mari, para ayah, sama-sama introspeksi diri. Jadilah pribadi bold yang tidak keras hati dan ringan tangan, melainkan bijaksana dan kuat berdiri demi menjaga setiap anggota keluarga dengan penuh kasih sayang dan cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun