Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu", Dear Ibu-ibu, Ingat Jaga Hati Nuranimu!

25 November 2022   08:49 Diperbarui: 25 November 2022   09:56 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via Pixabay

Terjadi lagi kasus penganiayaan dan pembunuhan yang dilakukan seorang ibu kandung berinisial W (30) terhadap anak perempuannya AP yang baru berusia  6 tahun. Konon dipicu oleh rasa kesal karena tuduhan keluarga bahwa AP adalah anak 'haram', mungkin juga karena rasa geram dan gemas terhadap diamnya bocah itu jika dipukuli. Yang lebih menyedihkan lagi, pembunuhan ini 'dibantu' oleh sahabat sang ibu, L (19). Semasa hidup, bocah AP juga disuruh mengamen. Penyiksaan kepada AP bahkan telah berjalan selama dua tahun lamanya. Bayangkan, usia 4 tahun, ditendang dan dipukul dengan gagang sapu hingga gitar kecil.

Penulis memiliki dua putra yang masih kecil-kecil, tidak memiliki putri. Namun alangkah sedihnya hati saya membaca berita kisah nyata ini, masih ada seorang ibu yang tega melakukan penganiayaan kepada putri kecilnya. Darah daging sendiri yang lahir dari rahim kita. Titipan terindah dari Yang Maha Kuasa. Walaupun anak kita mungkin dilahirkan sebagai perempuan, dirinya sama berharganya dengan anak laki-laki. Masih banyak orang tua entah pihak ayah atau ibu tidak bisa menerima bahwa anaknya atau anak-anaknya perempuan semua.

Walaupun mungkin, katakanlah, seorang ibu memiliki anak yang lahir akibat 'keterpaksaan' (misalnya tidak suka kepada suami namun dijodohkan, menikah, hamil), tetap saja ibu harus berusaha untuk menerima dan bertanggung jawab kepada anak-anak yang dilahirkan. Susah maupun senang, buah hati titipan Tuhan adalah beban termulia yang perlu semua ibu jabani dan jalani.

Jangan sampai kesedihan, masa lalu, luka batin, kemiskinan dan segalanya ibu lampiaskan kepada anak-anak. Anak adalah individu yang rapuh, seringkali menangis, seringkali nakal dan rewel. 

Jika merasa sudah tidak sanggup, lelah, butuh dukungan, ibu bisa mencari pertolongan kepada keluarga baik keluarga kecil maupun keluarga besar. Tidak ada? Tentu masih ada sahabat, kerabat, relasi yang ibu percaya. Intinya, jangan hadapi masalah seorang diri.

Bahkan ibu dan wanita yang paling tegar dan kuat sekalipun bisa down, khilaf, rontok pertahanan diri dan kesabarannya. Jika sudah sedemikian marah atau fed up terhadap anak, segera cari bantuan entah berkonsultasi atau membuka diri. Jangan dipendam-pendam dan dibiarkan.

Ibu, mari kita bersama-sama belajar untuk selalu mengasihi keluarga, terutama suami dan anak-anak. Apapun yang kita lakukan, bagaimanapun kondisi keluarga kita saat ini, mari kita lakukan yang terbaik sebisanya, semampunya, dengan penuh semangat, harapan, keikhlasan dan rasa syukur. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun