Mohon tunggu...
Rajiman Andrianus Sirait
Rajiman Andrianus Sirait Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, penulis jurnal, artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen dan saya juga aktif dalam pelayanan sosial dan gereja

Nama saya Rajiman Andrianus Sirait, saya berprofesi sebagai Mahasiswa, penulis jurnal, artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen dan saya juga aktif dalam pelayanan sosial dan gereja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Manusia dan Waktu: Menembus Ketidakmungkinan

11 Agustus 2022   13:44 Diperbarui: 11 Agustus 2022   14:01 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia merupakan makhluk yang multi-dimensi dan multi-interpretasi, dapat dikatakan titik temu untuk memahami dalam suatu hal tidak selalu sama. Manusia dan waktu merupakan hal yang saling terkait, karena manusia memang hidup dalam ruang dan waktu.

Setiap manusia memiliki waktu yang sama untuk dijalani, setahun 365 hari, 52 minggu, 12 bulan. Sebulan 30 hari, 4 minggu, seminggu 7 hari, sehari 24 jam. Yang berbeda adalah cara dan ekspresi menjalani dalam menikmati waktu. Kehidupan manusia di muka bumi ini dibatasi oleh dimensi waktu. Sehebat dan sepintar apa pun seseorang takkan mampu menahan lajunya sang waktu yang terus berjalan tanpa kompromi. Sampai pada akhirnya manusia dihadapkan pada perhentian (kematian).

Waktu merupakan suatu esensi yang begitu riil, karena hidup kita hanya sepanjang waktu yang ada pada diri kita. Manusia tidak mungkin melepaskan diri dari keterikatan dan keterbatasan waktu. Manusia yang merupakan makhluk historis menurut kodratnya, selalu mencoba menganalisis perihal manusia itu sendiri. Aristoteles pernah berkata, "masa sekarang berada di antara masa lampau dan masa yang akan datang. Berapakah panjangnya masa sekarang?  Saya tidak tahu." Bahkan seorang tokoh Agustinus pun pernah berkata, jika tidak ada pertanyaan demikian, dia merasa sudah tahu apa itu waktu, bahkan dengan jujur ia mengatakan bahwa tidak juga mengetahui.

Semakin kita menyadari betapa pentingnya waktu, semakin kita bijak dalam menjalani kehidupan ini. Kesadaran seseorang akan pentingnya waktu akan semakin memengaruhi tingkat produktivitas dan kesungguhan dalam menggunakan waktu.  Dalam realitas kehidupan untuk tetap konsisten menggunakan waktu yang ada dengan baik, seringkali sukar. Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena memang kehidupan tidak selalu diwarnai dengan "tawa", tetapi juga ada "tangis" di dalamnya.

Semua orang pastinya memiliki sebuah impian yang ingin dicapai. Impian yang telah dibuat biasa ada yang jangka pendek maupun jangka panjang. Meskipun begitu, terkadang akan banyak hambatan yang ada didepan (baik dari faktor internal dan eksternal), sehingga diperlukan keteguhan hati untuk terus maju.

Banyak orang berkata, hidup ini seperti roller coaster yang tidak pasti. Ada yang sedang dalam fase, aman tiba-tiba merasakan kehilangan pekerjaan, kesempatan, atau hubungan, hal ini adalah bagian yang tidak terelakkan dari kehidupan. Ada yang sudah berjuang untuk bangkit, namun masih mengalami kegagalan, bahkan merasa semua yang dikerjakan seperti lambat dan tidak ada kemajuan, bahkan cenderung mundur. Kita mulai menyalahkan keadaan, bahkan menyalahkan Tuhan dengan kondisi kita pada saat ini.

Bila kita merenungkan sejenak dengan judul dan kalimat pembuka di atas, sejatinya kita tahu bahwa semua yang kita rasakan ini memang ada waktunya, baik senang atau sedih pasti ada waktunya. Semuanya tidak perlu terlalu dikhawatirkan, karena bila kita mengatakan semua ada waktunya maka sedih kita pastinya hanya bersifat temporary (sementara).

Untuk segala sesuatu ada masanya (waktunya), ada waktunya untuk dilahirkan, ada juga waktunya untuk mati, ada waktunya kita untuk menanam dan juga ada waktunya kita untuk menuai.Tuhan tidak pernah berjanji semuanya akan selalu mudah, dan Tuhan juga tidak pernah berjanji langit selalu biru. Bisa kita lihat, terkadang ada waktunya juga langit gelap, bahkan hujan deras mendera, namun, semuanya ada waktunya juga.

Kehilangan memang menyakitkan, akan tetapi kehilangan memberikan kesempatan untuk merenungkan apa yang benar-benar penting dalam hidup agar kita terus melangkah maju. Kehilangan dari sesuatu yang kita miliki atau benar-benar inginkan, bisa menjadi panggilan untuk kita bangkit kembali dari semua yang telah terjadi. Memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang kita hargai dan mengapa kita menghargainya adalah kunci untuk menjadi orang yang lebih baik karena memberikan integritas dalam berkata-kata dan tindakan.

Kegagalan yang kita alami memungkinkan kita untuk mengevaluasi setiap pilihan tindakan kita. Kita semakin terlatih dalam memutuskan sesuatu, agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Kemunduran yang dialami membentuk mental kita menjadi tangguh, membuat kita lebih memahami bahwa kita tidak boleh mengandalkan kekuatan kita semata, tetapi selalu bersandar kepada Tuhan. Dari hal tersebutlah kita akan memahami sukacita yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun