Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Tua Itu Narsistik

28 Februari 2024   21:36 Diperbarui: 28 Februari 2024   21:44 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Id. Pinterest Indonesia


"Kurang ajar kamu, beraninya kamu berkata seperti itu kepada saya. Keluar kamu sekarang juga!" Nada suaranya meninggi.  Alisnya menaik ke atas, matanya melotot merah, wajahnya penuh amarah. 

"Saya minta maaf Bu, Saya hanya ingin menyampaikan bahwa Ibu sudah menekan banyak orang. Semua mahasiswa di kelas ini tidak ada yang ikhlas membeli buku. Mereka semua melakukan itu karena terpaksa." Ucapku.


"Kamu mau saya jual narkoba?" katanya. Apa itu jawaban yang layak dari seorang dosen? Betul-betul tidak punya integritas.

 "Mohon maaf Ibu, tidak menjual narkoba bukan berarti Ibu bisa memaksakan kami membeli buku. Apa pun alasan Ibu. Itu bukan alasan yang logis dan profesional karena alasan Ibu tidak mencerminkan sikap seorang akademisi"

Wajahnya memanas, Api ditubuhnya kini membara. Ia seperti seorang macan yang siap menerkam mangsanya. Sementara Aku masih tenang di bangku ku. Tiba-tiba perempuan tua itu mendorong meja.  Bak orang yang kesurupan, dia teriak-teriak tidak jelas. 

"Keluar kamu!" Aku tetap tenang, dalam batinku aku tertawa. Bayangkan saja, bagaimana mungkin seorang dosen yang sebentar lagi diangkat menjadi guru besar semarah itu saat ada mahasiswa yang memberikan kritikan. Padahal, Aku memberi kritik dengan tenang dan memakai bahasa yang sopan. Seharusnya dia mempertimbangkan kritik itu.

"Keluar! Kalau kamu tidak mau keluar, biar saya yang keluar"  Aku menarik napas dalam. Mencoba tenang, dan mempertahankan diri. 

Seorang laki-laki yang mengaku kosma berbicara. 

"Enggak Bu. Ibu jangan pergi. Dia tidak punya bukti kan Bu mengatakan itu." Ucapnya. 

Sialan, memang betul-betul munafik pria itu. Padahal barusan, di depanku dia dan seluruh teman-teman sekelas mengeluh tentang perempuan tua ini.


Karena merasa tak dapat dukungan dari teman-teman sekelas aku pun berdiri. Kusandang tasku dengan tegap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun