Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Freshgraduate Psikologi UST

Psychology enthusiast, penulis dan pembaca, masih terus mencari definisi "manusia" secara utuh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Refleksi Hari Anak Nasional, Trauma Masa Lalu dan Harapan Masa Depan

23 Juli 2025   19:26 Diperbarui: 24 Juli 2025   06:14 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com/silvioross 

Memberi Validasi pada Luka yang Terabaikan

Sering kali, kita meremehkan rasa sakit sendiri dengan berkata, "Itu sudah lama," atau "Banyak yang lebih parah dari aku." Padahal, luka tidak bisa sembuh jika terus diabaikan. Memberi validasi pada rasa sakit masa kecil berarti mengakui bahwa perasaan kita saat itu nyata dan layak dipahami.

Ini bukan tentang mengungkit masa lalu, tapi tentang menghormati diri sendiri. Ketika kita bisa berkata, "Aku dulu tidak baik-baik saja, tapi aku berhak sembuh," saat itulah pemulihan bisa dimulai.

Itulah hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada anak dalam diri kita dan pada anak-anak yang tumbuh di sekitar kita.

Terapi Bukan Tanda Lemah, Tapi Keberanian untuk Sembuh

Banyak dari kita tumbuh dengan anggapan bahwa mencari bantuan berarti lemah. Namun dalam konteks penyembuhan trauma, mencari bantuan profesional seperti psikolog, konselor, atau terapis adalah bentuk keberanian.

Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT), EMDR, atau inner child healing terbukti secara ilmiah membantu memproses pengalaman traumatis dan membentuk pola pikir yang lebih sehat.

Kita berhak untuk memiliki hidup yang damai, dan tidak harus menanggung semuanya sendiri. Semakin kita pulih, semakin kita bisa menjadi tempat aman bagi orang lain terutama anak-anak yang masih tumbuh dan belajar mempercayai dunia.

Sembuhkan masa lalu dan berikan masa depan lebih baik untuk anak-anak kita nanti. Ilustrasi. Sumber:Pixabay.com/chillla70 
Sembuhkan masa lalu dan berikan masa depan lebih baik untuk anak-anak kita nanti. Ilustrasi. Sumber:Pixabay.com/chillla70 

Menjadi Dewasa yang Tidak Mengulangi Luka

Saat kita mulai sembuh, kita tidak hanya menyelamatkan diri sendiri, tapi juga memutus rantai luka antar generasi. Kita menjadi orang dewasa yang bisa berkata "maaf" pada anak, yang bisa mendengar tanpa menghakimi, dan hadir tanpa syarat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun