Atau, orang tua yang terlalu sibuk dan abai secara emosional, meski hadir secara fisik, bisa membuat anak merasa sendirian menghadapi dunianya. Bahkan orang tua yang perfeksionis, yang hanya memberikan pujian saat anak berprestasi, secara tidak sadar menanamkan keyakinan bahwa cinta harus "dibayar" dengan pencapaian.
Semua ini bisa menciptakan luka batin yang sulit dikenali, namun sangat membentuk cara kita menjalani hidup saat dewasa.
Kita Dewasa, Tapi Anak Itu Masih Ada
Menjadi dewasa bukan berarti anak dalam diri kita menghilang. Ia masih ada di balik kemarahan yang mudah meledak, ketakutan ditinggalkan, atau keinginan berlebihan untuk diakui.
Anak itu berbicara melalui reaksi emosional kita, terutama dalam situasi yang membuat kita merasa tidak aman. Konsep inner child dalam psikoterapi menekankan bahwa bagian dalam diri kita yang terluka di masa lalu tetap hidup, dan sering kali memengaruhi keputusan serta hubungan kita.
Merayakan ucapan Selamat Hari Anak Nasional juga berarti memberi ruang pada anak dalam diri kita untuk didengar, dimengerti, dan disembuhkan.
Mengenali Pola Lama yang Tak Lagi Relevan
Penyembuhan trauma masa kecil dimulai dari kesadaran. Kita bisa mulai dengan mengamati pola emosi dan perilaku yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah kita sering merasa tidak cukup baik? Sulit percaya pada orang lain? Mudah merasa ditolak? Semua itu bisa menjadi jejak dari pengalaman lama yang belum tuntas.
Kesadaran ini bukan untuk menyalahkan masa lalu, tapi untuk memberi kita kekuatan dalam membentuk ulang masa depan. Sebab kita bukan lagi anak yang tidak berdaya, tapi orang dewasa yang bisa memilih untuk berubah.