Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sartono di Lembah Iblis

9 Oktober 2021   10:11 Diperbarui: 9 Oktober 2021   10:37 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contohnya seperti pusat perbelanjaan yang akan dibangun itu. Dan juga Bar baru diserang jalan sana. Padahal banyak para aktivis yang menentang dibentuknya dua bangunan tersebut karena mengurangi lahan hijau kota.


       Yang Sartono luput mungkin adalah banyaknya para pengamen dan pengemis di jalan yang ia lewati. Dia telah memotong dana anggaran bagi para tunawisma itu untuk berbagai macam proyek besar yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang besar pula. 

Karena dia yakin bahwa jika terlalu banyak dana dikeluarkan untuk tunawisma tersebut maka keuntungannya akan terlalu sedikit bagi dirinya. Biarlah tunawisma itu seperti ini saja toh mereka harus bekerja keras sendiri agar keluar dari keadaannya itu.


       Mobil bergerak kearah luar kota karena relasinya satu ini yang juga satu anggota partai yang sama dengannya itu berada di kota sebelah. Dia harus memasuki beberapa lereng gunung yang akan di buat lokasi pertambangan bulan depan.

 Dirinya tak peduli arti dari wilayah hijau yang biasa didengungkan para pedemo saban hari itu. Mereka semua kolot dan tidak mengerti aset yang dapat memperkaya anggaran daerah.


      Lalu mereka bergerak menuju kaki gunung yang memiliki jalan berkelok-kelok ini. Dia baru ingat telah menilap juga dana anggaran untuk pembangunan jalanan yang ia lewati. 

Dia memotong biaya marka jalan dan juga peremajaan sarana prasarananya. Namun dia tak merasa bersalah atas hal itu dikarenakan toh juga tidak berpengaruh besar terhadap kondisi jalannya itu.


       Namun tiba-tiba mobil yang dia tumpangi terguncang hebat dan menabrak marka jalan hingga dia dan sopirnya terjerumus ke dasar jurang. 

Kesadaran yang dimiliki Sartono mulai hilang ketika mobilnya menghantam dasar jurang yang gelap. Nafasnya terengah engah dan dia pun tak sadarkan diri. Kejadian itu berlangsung sangat cepat.


       Setelah beberapa lama Sartono dapat membuka matanya kembali namun masih berkunang-kunang. Sartono belum menyadari bahwa mobil yang dia tumpangi kecelakaan.

 Setelah duduk sebentar mengumpulkan semua kesadaran yang ada, barulah dia menyadari dia telah menjadi korban kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun