Mohon tunggu...
allan setyawan
allan setyawan Mohon Tunggu... Lainnya - A Man Worker In Bogor City

Hallo perkenalkan nama saya Allan. Di Kompasiana ini saya ingin berbagi ceritera mengenai hal-hal yang berkaitan dengan film maupun hal sejenisnya. Semoga apa yang saya share disini bisa menambah informasi & bermanfaat Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kultus Iblis: Atmosfer Horornya Dapat Sih, Tapi...

17 Maret 2024   15:15 Diperbarui: 17 Maret 2024   15:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.imdb.com/title/tt28867594/mediaviewer/rm233067265/?ref_=tt_md_1

Dengan Judul Kultus Iblis, Film ini mengingatkan saya dengan film yang pernah menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa yaitu Pengabdi Setan. Hal ini membuat saya juga berekpetasi minimal secara kualitas nya akan sama dengan film tersebut, meskipun demikian, harapan saya ternyata terlalu berlebihan & berakhir dengan kekecewaan. Film ini layaknya seperti film horor standar yang dibuat untuk menakuti penonton dengan cara kasar yaitu jumscape berlebihan dengan scoring  overpower yang memekik telinga. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan saya kenapa film ini mengecewakan yaitu :

1. Banyak plot hole atau adegan diluar nalar yang terlalu parah. Saya bisa kasih contoh pada adegan pertama, ada seorang bapak-bapak yang sedang dikejar oleh beberapa orang yang akan membunuhnya, singkat cerita bapak itu mati terkena tebasan golok. Ada kemungkinan sang bapak dibunuh oleh anggota pemuja iblis. Nah yang bikin kocak adalah, dibunuhnya oleh manusia tapi nanti mayatnya akan diculik oleh sang iblis yang digambarkan seperti nenek-nenek tua. kenapa nggak dari awal saja ya sang bapak dibunuh oleh Iblisnya, atau sekalian saja yang menculik mayatnya adalah pengabdi iblis sehingga akan membuat unsur misterinya menjadi bertambah menarik untuk ditelusuri.

 
2. Pengambaran Iblis dalam film ini adalah seorang nenek-nenek yang sudah tua. Saya kurang ngeeh juga sih apakah ini iblisnya atau bukan, akan tetapi, di sepanjang film, kita akan bertemu dengan nenek ini. Saya berandai-andai,  jika  dalam film ini akan ada sebuah sosok iblis yang sangat kuat & bisa meluluhlantakan sebuah desa, namun nyata, hal itu tidak terjadi sampai dengan akhir film selesai.


3. Entah saya yang kurang nangkap atau memang 2 sosok tokoh utamanya terlalu canggih dalam berakting, saya tidak merasakan chemistry atau ketertarikan saya dengan apa yang akan terjadi berikutnya. Tokoh utama di film ini adalah seorang anak cewek & cowok bernama Naya & Raka. Mereka berdua mempunyai sifat yang sangat berbeda jauh & terkadang "anoyying" atau mengganggu terutama Naya. Dalam beberapa scene, Naya terkadang hanya bisa teriak menangis tanpa memberikan solusi apapun dengan teriakan memekik telinga. Secara kesimpulan akting para pemain dalam film ini standar saja tanpa ada yang mampu menarik emosi saya agar peduli dengan kejadian yang sedang terjadi. Ada satu hal lagi yang sedikit menganggu saya yaitu Nenek mereka yang berasal dari jawa. Dengan membawa salah satu daerah di sekitar jawa, menurut saya, para aktor pun seharusnya memposisikan jika ia adalah orang jawa, akan tetapi, sosok yang cukup sentral bernama Rajimah ini terkesan kaku sebagai nenek misterius yang berasal dari jawa.


4. Jumpscare pasaran & mudah ditebak. Di film ini, kita akan menemukan formula yang sama dengan film horor pada umumnya. Dimulai dari suasana mencekam, kemudian backsound menegangkan & yang terakhir adalah sajian utama jumpscare itu sendiri. Hal yang cukup menganggu adalah bagaimana suara backsound bisa mengalahkan suara dari dialog antar pemain (agak bersyukur saya nonton film ini di netlflix, jika di bioskop, mungkin gendang telinga saya akan sakit).


5. Ada beberapa adengan menjijikan. Film ini mungkin ingin mengabungkan antar genre horor, thriller & mistery. Maka dari itu, bagi kalian yang tidak suka dengan adegan berdarah darah atau pemotongan daging "fresh", bacok bacokan, mungkin kalian tidak cocok dengan film ini. Selain itu, ada salah satu scene yang menurut saya agak bikin geleng-geleng kepala, yaitu pada saat rajimah & raka sedang "dekat", kejadian itu juga agak diluar logika sih, Dengan umur Rajimah yang menurut saya sudah 60an keatas, masak sih masih ada "pelicin" atau semangat dalam hal seperti itu.


6. Atmosfir dari desa pengabdi iblis sudah horor & mencekam sih, akan tetapi menurut saya masih dangkal. Dengan jauhnya desa pelosok yang sangat dalam bahkan untuk menuju kesana pun susah sekali, kita hanya diperlihatkan sebagian kecil dari desa tersebut. Kita hanya berkenalan dengan beberapa orang saja, ditambah lagi, desa yang sudah berlabel pemuja iblis, ironisnya, gambaran mengenai hal tersebut sangat sedikit. Lagi-lagi ekspetasi saya tentang desa ini menjadi berlebihan & mendaratkan saya kedalam jurang kekecewaan. Saya berharap melihat desa yang besar dengan banyaknya interaksi orang entah di pasar, jalan, atau dimanapun, nyatanya, saya hanya melihat segelintir orang saja seperti desa mati yang sudah banyak ditinggal oleh penduduknya tanpa memberikan clue jika desa tersebut adalah desa dengan pemuja iblis. .


7. Secara kesimpulan, film ini memiliki skor akhir 6,5/10. Dengan banyaknya hal yang membuat saya kecewa, akan tetapi film ini cukup seru ditonton bersama pasangan atau anak kita untuk uji nyali dengan jumpscare yang ada.

Terima Kasih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun