Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencurian Kasih Sayang

3 April 2021   20:44 Diperbarui: 3 April 2021   20:52 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Bru-nO

Bapanya tersenyum dengan lembut, ia menampakan wajah teduhnya, setidaknya dengan begitu kekesalan yang ada pada diri Enjang beserta emosinya bisa diturunkan.

"Begini Jang, manusia zaman sekarang itu unik, kenapa, ya karena isi dari zamannya sendiri sudah unik dan aneh-aneh, sekarang teknologi berkembang kaya kuda kesetanan, susah dikendalikan, liat saja kamu kuda kesetanan Jang, hal apapun yang bahkan tidak masuk akan ia lakukan, ya ini sama dengan yang barusan kita tonton"

"Tapi pa, soal kasih sayang saja masa sih sampe harus dirampok"

"Wah Jang, jangan salah, di zaman sekarang kalo kamu pahami lebih dalam, yang paling berharga dan bermakna itu bukan teknologi, kenapa bukan, karena sekarang dengan adanya itu kehalusan akal budi dan perasaan, bahkan hati nurani kita jadi luntur, padahal dua hal itu kan aset terbesar yang dipunyai manusia, bukan teknologinya Jang, dan sekarang yang terjadi dari adanya teknologi yang ambyar ini ya rasa dan sentuhan kasih sayang mulai banyak hilang lho Jang"

"Ohhhhhh" Enjang mulai paham apa yang dimaksud oleh bapanya

"Jadi karena sekarang akal budi sama hati nurani mulai hilang jadi orang-orang pada lomba buat ngejaga itu ya pa, berarti juga mereka yang ngerampok kasih sayang itu orang-orang yang sebetulnya sudah paham tentang pentingnya hati nurani ya pa, cuma salah di aplikasinya aja ya pa"

Kini wajah bapanya mulai mengguratkan senyum yang makin kentara.

"Nah itulah Jang kurang lebihnya, di masa depan akan makin banyak orang yang butuh kasih sayang apalagi hati nurani, makanya dari sekarang jaga baik-baik jang kehalusan budimu, karena itu modal terbesar hidup di masa depan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun