Dalam praktiknya, ini bisa berarti melebur tunjangan keluarga, tunjangan pangan/beras, dan beberapa tunjangan lain ke dalam satu paket gaji yang diindeks atau diposisikan sesuai grade pekerjaan.
Namun, penafsiran teknis berbeda-beda: ada yang memaknai sebagai "menghapus tunjangan kecil dan menjadikan gaji pokok lebih besar", ada pula yang menargetkan perubahan sistem grade dan point-job evaluation.
Dokumen RAPBN menyebut penerapan dalam periode jangka menengah, tetapi kementerian terkait menegaskan bahwa konsep masih dibahas dan pelaksanaannya akan dipetakan lebih lanjut.
Meski tercantum, implementasi praktisnya belum jelas kapan dan bagaimana akan dilakukan--apakah bersifat reformasi bertahap atau lompatan sistemik yang merombak struktur gaji dan tunjangan secara menyeluruh.
Keuntungan Potensial Single Salary ASN
Berdasarkan informasi dari beragam sumber dapat dijelaskan potensi keuntungan atas penerapan single salary, yaitu:
1. Transparansi dan Keadilan Internal
Single salary menyatukan berbagai komponen penghasilan (gaji pokok, tunjangan jabatan, tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan) ke dalam satu paket angka. Dengan demikian perbedaan antar-lembaga atas penetapan tunjangan (yang sering bersifat arbitrer) bisa dikecilkan. Konsep keadilan organisasi (equity theory) mendukung agar pegawai membandingkan input (kerja) dan output (imbalan) secara adil--struktur gaji tunggal dapat memberi dasar keadilan horizontal antar-pejabat setara.
2. Penyederhanaan Administrasi dan Pengurangan Biaya Transaksional
Sistem penggajian sekarang terfragmentasi dengan puluhan jenis tunjangan (keluarga, jabatan, pangan, kesehatan, komunikasi, transportasi, insentif, dll). Hal ini menimbulkan beban administratif pengelolaan tunjangan, verifikasi, reporting, dan potensi penyimpangan atau kebocoran. Single salary bisa mengurangi kompleksitas itu dan meminimalkan beban pengawasan internal.
3. Penguatan Kaitannya antara Kinerja dengan Imbalan