Jika desain single salary digabung dengan sistem penilaian kinerja yang kredibel, maka bisa menciptakan hubungan yang lebih tegas antara kontribusi dan kompensasi--sesuai dengan semangat New Public Management (NPM) yang mendorong akuntabilitas dan orientasi hasil.
4. Prediktabilitas Anggaran dan Stabilitas Fiskal
Dengan paket gaji yang standar berdasarkan grade jabatan, pemerintah dapat merencanakan beban gaji jangka panjang dengan lebih akurat. Ini mengurangi volatilitas anggaran tunjangan yang sering tergantung pada kebijakan ad hoc tiap instansi.
5. Potensi Pengurangan Praktik Tunjangan "Kreatif" atau Distorsi
Selama ini, lembaga terkadang menggunakan tunjangan khusus (yang kadang sulit diaudit) untuk menarik talenta atau memberi insentif tak resmi. Dengan sistem tunggal, ruang bagi tunjangan semacam itu dapat dikurangi, meminimalkan penyalahgunaan atau diskriminasi tersembunyi.
Pengalaman Singapura dan Malaysia
Ada dua negara di Asia Tenggara yang digadang-gadang menjadi percontohan dari sistem gaji tunggal ASN di Indonesia, yaitu Singapura dan Malaysia. Bagaimana penerapannnya, mari kita tengok sejenak.
Singapura: Gaji ASN Terintegrasi & Meritokratik
ASN Singapura (disebut Public Service Officers) digaji berdasarkan grade dan job value dalam sistem yang disebut Total Remuneration Framework (TRF).
Di bawah TRF, semua komponen--gaji pokok, bonus tahunan, tunjangan, dan insentif kinerja--diintegrasikan dalam satu paket kompensasi yang transparan dan dinamis. Tidak ada tunjangan-tunjangan kecil seperti di Indonesia.
Salah satu prinsip utama sistem Singapura adalah paritas kompetitif dengan gaji sektor swasta. Pemerintah melakukan survei rutin untuk memastikan gaji ASN setara dengan posisi serupa di perusahaan swasta. Ini mencegah brain drain dan menjaga reputasi birokrasi sebagai karier profesional.