Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menimbang Sistem Gaji Tunggal Aparatur Sipil Negara

12 Oktober 2025   19:22 Diperbarui: 12 Oktober 2025   19:22 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ASN adalah profesi bagi PNS dan PPPK yang bekerja pada instansi pemerintah. (Foto: Kompas/Wawan H Prabowo)

Ketiga, keterbatasan kesiapan digital dan integrasi data ASN. Hingga kini, masih terdapat ketidaksinkronan data antara BKN, KemenPAN-RB, dan Kementerian Keuangan. Padahal, basis data tunggal menjadi fondasi mutlak bagi pelaksanaan sistem ini.

Mengarahkan Reformasi Secara Realistis

Jika Indonesia ingin menerapkan sistem gaji tunggal secara efektif, maka reformasi ini harus dilakukan bertahap dan berbasis bukti. Pemerintah perlu membangun kerangka evaluasi jabatan nasional yang objektif dan adaptif terhadap variasi daerah serta instansi.

Uji coba di 15 instansi perlu dijadikan laboratorium kebijakan yang menghasilkan pelajaran empiris: bagaimana dampak psikologis bagi ASN, bagaimana perubahan perilaku kerja, dan berapa efisiensi fiskal yang dapat dicapai. Tanpa hasil evaluatif yang kuat, kebijakan ini akan berisiko menjadi sekadar slogan reformasi.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa reformasi gaji bukan sekadar urusan fiskal, tetapi juga budaya birokrasi. Indonesia memerlukan perubahan paradigma bahwa kerja di sektor publik bukan sekadar pengabdian, melainkan profesi yang menuntut kompetensi dan integritas tinggi--dan karena itu, perlu diberi penghargaan yang layak dan proporsional.

Pada titik ini, pengalaman Singapura memberikan pelajaran penting: reformasi penggajian ASN berhasil bukan hanya karena uang, melainkan karena komitmen terhadap meritokrasi dan akuntabilitas. Tanpa dua nilai itu, sistem tunggal hanya akan menjadi struktur baru dengan perilaku lama

Kesimpulan

Reformasi gaji ASN di Indonesia harus dipandang bukan sebagai isu teknis semata, melainkan bagian dari transformasi manajemen ASN, etos birokrasi, dan tata kelola negara.

Sistem gaji tunggal bagi ASN merupakan langkah strategis menuju birokrasi modern yang efisien, adil, dan berintegritas.

Namun, keberhasilan kebijakan ini tidak bergantung pada rumus gaji semata, melainkan pada kesanggupan pemerintah membangun kepercayaan dan sistem evaluasi yang transparan.

Seperti dikatakan Osborne dan Gaebler (1992), reformasi birokrasi sejati bukan tentang membangun aturan baru, tetapi tentang mengubah cara pemerintah bekerja dan berpikir. Itulah tantangan sesungguhnya dalam perjalanan menuju birokrasi Indonesia yang profesional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun