Global South merupakan pengembangan dari istilah "Dunia Ketiga" yang digunakan untuk menggolongkan negara-negara yang tidak termasuk dalam blok Barat atau Timur saat Perang Dingin.
Istilah ini tidak hanya merujuk pada lokasi geografis, tetapi juga pada gerakan politik, ideologi, visi pembangunan, dan solidaritas antar negara.
Dalam konteks tersebut, Sumitro tidak bisa disederhanakan dalam dikotomi klasik antara komunis dan kapitalis, timur dan barat, kiri dan kanan, dan sebagainya. Ia mendukung intervensi negara namun tetap menghargai peran pasar.
Konsep yang ia tawarkan adalah ekonomi campuran pragmatis, di mana negara menjadi motor industrialisasi tanpa mengabaikan sektor swasta.
Dalam karya klasiknya The Problems and Policies of Economic Development (1957), ia menekankan pentingnya state-led industrialization, namun bukan dalam bentuk kontrol penuh negara seperti dalam model Soviet, melainkan sebagai fasilitator dan regulator.
Pendekatan ini beresonansi dengan teori Developmental State (Johnson, 1982; Woo-Cumings, 1999), yang menempatkan negara sebagai aktor utama pembangunan melalui kebijakan industrialisasi strategis.
Namun berbeda dari model Asia Timur yang sering dikutip, Sumitro sudah lebih dahulu mengartikulasikan pentingnya adaptasi lokal dan nasionalisme ekonomi sebagai tulang punggung kebijakan pembangunan.
Sosialisme Indonesia: Antitesis Ekonomi Kolonial
Sumitro menolak ekonomi kolonial yang bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam dan ketergantungan pada modal asing. Sebagai gantinya, ia mengusulkan ekonomi sosialis ala Indonesia dengan tiga pilar:
1. Peran aktif negara dalam perencanaan makroekonomi dan penguasaan sektor strategis (minyak, pertambangan).
2. Keseimbangan antara BUMN dan swasta nasional, dengan BUMN sebagai "lokomotif" pembangunan dan swasta sebagai mitra inovasi.
3. Proteksi terukur untuk pengusaha pribumi melalui kebijakan seperti Gerakan Benteng (1950), yang membatasi dominasi asing di sektor perdagangan.
Pendekatan ini selaras dengan teori strukturalis ekonomi pembangunan (Hirschman, 1958), yang menekankan transformasi struktur ekonomi dari agraris ke industri.Â
Sumitro melihat industrialisasi sebagai jalan untuk memutus mata rantai ketergantungan--sebuah konsep yang kemudian dikembangkan oleh aliran dependency theory (Frank, 1967).
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!