Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sumitronomics: Membongkar Gagasan Pembangunan dari Dunia Ketiga

23 Mei 2025   21:02 Diperbarui: 24 Mei 2025   11:44 2342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo menaiki motor menuju makam ayahnya Soemitro Djojohadikusumo di TPU Karet Bivak, Jakarta, Kamis (15/2/2024). (FOTO: HARITSAH/Jawa Pos)

Global South merupakan pengembangan dari istilah "Dunia Ketiga" yang digunakan untuk menggolongkan negara-negara yang tidak termasuk dalam blok Barat atau Timur saat Perang Dingin.

Istilah ini tidak hanya merujuk pada lokasi geografis, tetapi juga pada gerakan politik, ideologi, visi pembangunan, dan solidaritas antar negara.

Dalam konteks tersebut, Sumitro tidak bisa disederhanakan dalam dikotomi klasik antara komunis dan kapitalis, timur dan barat, kiri dan kanan, dan sebagainya. Ia mendukung intervensi negara namun tetap menghargai peran pasar.

Konsep yang ia tawarkan adalah ekonomi campuran pragmatis, di mana negara menjadi motor industrialisasi tanpa mengabaikan sektor swasta.

Dalam karya klasiknya The Problems and Policies of Economic Development (1957), ia menekankan pentingnya state-led industrialization, namun bukan dalam bentuk kontrol penuh negara seperti dalam model Soviet, melainkan sebagai fasilitator dan regulator.

Pendekatan ini beresonansi dengan teori Developmental State (Johnson, 1982; Woo-Cumings, 1999), yang menempatkan negara sebagai aktor utama pembangunan melalui kebijakan industrialisasi strategis.

Namun berbeda dari model Asia Timur yang sering dikutip, Sumitro sudah lebih dahulu mengartikulasikan pentingnya adaptasi lokal dan nasionalisme ekonomi sebagai tulang punggung kebijakan pembangunan.

Sosialisme Indonesia: Antitesis Ekonomi Kolonial

Sumitro menolak ekonomi kolonial yang bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam dan ketergantungan pada modal asing. Sebagai gantinya, ia mengusulkan ekonomi sosialis ala Indonesia dengan tiga pilar:

1. Peran aktif negara dalam perencanaan makroekonomi dan penguasaan sektor strategis (minyak, pertambangan).

2. Keseimbangan antara BUMN dan swasta nasional, dengan BUMN sebagai "lokomotif" pembangunan dan swasta sebagai mitra inovasi.

3. Proteksi terukur untuk pengusaha pribumi melalui kebijakan seperti Gerakan Benteng (1950), yang membatasi dominasi asing di sektor perdagangan.

Pendekatan ini selaras dengan teori strukturalis ekonomi pembangunan (Hirschman, 1958), yang menekankan transformasi struktur ekonomi dari agraris ke industri. 

Sumitro melihat industrialisasi sebagai jalan untuk memutus mata rantai ketergantungan--sebuah konsep yang kemudian dikembangkan oleh aliran dependency theory (Frank, 1967).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun