Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Peneliti Senior Swarna Dwipa Institute (SDI)

Sosialisme Indonesia. Secangkir kopi. Buku. Puncak gunung. "Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik" [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sumitronomics: Membongkar Gagasan Pembangunan dari Dunia Ketiga

23 Mei 2025   21:02 Diperbarui: 24 Mei 2025   11:44 2341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo menaiki motor menuju makam ayahnya Soemitro Djojohadikusumo di TPU Karet Bivak, Jakarta, Kamis (15/2/2024). (FOTO: HARITSAH/Jawa Pos)

Fleksibilitas ini mencerminkan sintesis antara teori Keynesian (intervensi negara) dan neoliberal (efisiensi pasar)--sebuah pendekatan yang kini diadopsi dalam model ekonomi heterodoks (Rodrik, 2008).

Sumitronomics sebagai Epistemologi Alternatif Pembangunan

Dalam konteks ekonomi global yang terfragmentasi, pemikiran Sumitro menawarkan solusi untuk tiga masalah utama:

1. Ketimpangan struktural: Proteksi sektor strategis ala Gerakan Benteng dapat diadaptasi untuk industri hijau dan digital.

2. Deglobalisasi: Penguatan BUMN dan koperasi menjadi benteng ketahanan ekonomi nasional.

3. Pembangunan berkelanjutan: Integrasi kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi sesuai semangat SDGs.

Jika kebanyakan teori pembangunan besar berasal dari universitas di Barat, Sumitronomics menawarkan epistemologi pembangunan yang lahir dari realitas pascakolonial.

Sumitro berbicara dari Indonesia, namun dengan kesadaran global. Pendekatannya bersifat contextualist, heterodox, dan policy-oriented, tiga karakter yang kini makin diapresiasi dalam literatur pembangunan kontemporer (Rodrik, 2008; Chang, 2010).

Dalam konteks ketegangan geoekonomi, deglobalisasi selektif, dan kembalinya proteksionisme hijau, Sumitronomics menjadi semakin relevan.

Isu seperti hilirisasi sumber daya alam, penguatan BUMN strategis, dan industrialisasi berbasis sumber daya lokal kini menjadi bagian dari diskursus kebijakan, seolah membangkitkan kembali semangat Sumitro dalam format baru.

Penutup

Sumitro bukan hanya arsitek ekonomi Orde Baru, melainkan intelektual pembangunan Global South yang melampaui zamannya.

Melalui Sumitronomics, kita tidak hanya belajar kebijakan, tapi juga etika pembangunan: bagaimana membangun tanpa kehilangan kedaulatan, tumbuh tanpa mengorbankan keadilan, dan berkuasa tanpa melupakan kawan seperjuangan.

Di tengah arus revisi besar teori pembangunan, Sumitro adalah suara yang perlu dibangkitkan kembali--bukan sebagai nostalgia, tapi sebagai inspirasi kontemporer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun