Pendekatan teoritik seperti agenda setting, dramaturgi, dan linguistik membantu kita untuk memahami bagaimana presiden membentuk narasi politik mereka:
- Agenda Setting: Mengarahkan perhatian publik pada isu tertentu melalui media.
- Dramaturgi: Mengelola citra diri sesuai situasi untuk menciptakan kesan tertentu.
- Linguistik: Memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk membangun hubungan emosional.
- Digital Communication: Menggunakan teknologi untuk menjangkau audiens lebih luas dengan biaya rendah.
Kesimpulan
Gaya komunikasi politik presiden adalah refleksi dari strategi mereka dalam membangun legitimasi kekuasaan dan hubungan dengan rakyat.
Dari dialog interaktif Hugo Chavez hingga diplomasi Twitter Donald Trump, setiap gaya memiliki keunikan tersendiri yang mencerminkan konteks budaya, teknologi, dan tantangan politik masing-masing negara.
Komunikasi politik bukan hanya soal menyampaikan pesan; ini adalah seni membangun narasi yang mampu menggerakkan emosi, pikiran, dan tindakan masyarakat.
Di era digital ini, gaya komunikasi seperti diskusi Prabowo menunjukkan bahwa istana pun harus beradaptasi dengan tren komunikasi modern.
Referensi:
Alexander, J. C. (2011). Performance and Power. Polity Press
Burke, K. (1969). A rhetoric of motives. Univ of California Press.Â
Chadwick, A. (2017). The hybrid media system: Politics and power. Oxford University Press.
Edelman, M. J. (1985). The symbolic uses of politics. University of Illinois Press.