Kau tahu
dari ribuan kertas
tak ada satu katapun dalam puisikuÂ
yang lugas untuk mengukir namamu.
lagi-lagi, kosakata dalam kamusku
adalah pekarangan kosong
yang hanya di huni oleh beberapa kata sepi.
- dan karenanya aku belum terlalu mahir untuk menyambatmu ke dalam puisi.
kata-kata terlalu buas
dan di bibirmu, tak kutemui satupun ruang hening.
aku selalu di hadapkan dengan kegaduhan
yang menyumpal erat matamu.
aku akan selalu tabah dalam menunggu waktu
juga akan terus merasa riang dalam renung riuhmu
- sebab puisi-puisiku adalah isak
kata-kata murung yang tersusun oleh sesak.
dan kini,
aku akan membiarkanmu tinggal di pekaranganku:
dengan kata-kata kuno penuh debu
dan beberapa sajak yang berbiak.
lalu kita berdua
menetap sampai tua. melahirkan kata-kata baru dalam do'a.