Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi, Jangan Lagi Mahir dalam Teori Keliru dengan Praktik

6 Maret 2024   09:30 Diperbarui: 6 Maret 2024   09:30 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Banyak orang sekarang pandai bicara. Bahkan tidak sedikit yang terlalu banyak bicara. Omong ini omong itu. Topiknya bisa lompat-lompat. Ngomongin pilpres, negara, pendidikan, korupsi, hingga agama. Segala rupa diomongin. Ternyata, hanya mahir dalam teori.

Terlalu gampang percaya pada pikirannya sendiri.  Terpengaruh otak, sehingga terlibat pada percakapan yang tidak bermakna atau tidak produktif. Teorinya banyak tapi praktiknya kosong. Senang sebatas niat baik tanpa aksi nyata. Akibat terlalu banyak teori, akhirnya keliru dengan praktik. 

Lahiriah manusia, sering kali tidak seindah batinnya. Ucapan suara yang merdu tidak jarang menjauhkan diri dari lakonnya. Teori-teori yang bergelimpangan di meja seminar. Justru sering kali menjauhkan diri dari praktik-praktik baik yang seharusnya segera dieksekusi. Sering kali kita, mahir dalam teori tapi keliru dengan praktik. Mau sampai kapan?

Entah kenapa, rasionalisme kini berubah menjadi ambisi. Logika mengakar sebagai kepercayaan. Obsesi dan mimpi menyetubuhi raga yang arogan. Hingga lupa esensi, bahwa manusia hanya disuruh ikhtiar. Disuruh melakukan apa yang diomongkan. Mengubah niat baik jadi aksi nyata. Bertumpu pada perbuatan bukan pelajaran. Agar tidak lagi mahir dalam teori tapi keliru dengan praktik. 

Kita, saya, dan Anda. Bisa jadi hari ini, sudah terlalu jauh memilih jalan untuk "menuhankan pikiran tanpa campur tangan kebatinan". Percaya pada logika tanpa ada kemanusiaan. Mengumpulkan jasmani, mengosongkan rohani. Mengumpulkan akal tapi mengabaikan nurani. Hingga berujung mahir dalam teori, keliru dengan praktik.

Apalah namanya, literasi atau membaca. Sama sekali tidak ampuh bila didekati dengan teori. Tidak lagi berdaya bila disajikan sebatas narasi dan diskusi. Bahkan literasi selalu mati suri bila dibarengi dengan obsesi. Hanya praktik, praktik, dan praktik yang bisa menyelamatkan literasi. Selalu membumi dan tetap fokus pada esensi bukan seremoni. Literasi hanya bisa bertahan bila tetap dieksekusi. Literasi yang substansi, tidak lagi teori. Spirit itulah yang hingga kini dijunjung tinggi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Praktik literasi, bukan lagi teori.

Pergilah dari teori ke praktik. Perbanyaklah perbuatan daripada pelajaran. Karena teori hanya mampu mengurai realita sepertinya terlihat ideal. Tapi hanya praktik yang mampu menguji teori benar atau tidak di lapangan. Maka juahi mahir dalam teori, keliru dengan praktik. Jadilah literat. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun