Pendahuluan
Sepakbola dikenal sebagai olahraga paling populer di Indonesia. Dalam setiap sudut negeri, dari kota besar hingga pelosok desa, antusiasme terhadap sepakbola terasa nyata: mulai dari nobar (nonton bareng) Liga Inggris di warung kopi, lautan suporter yang memenuhi stadion, hingga fanatisme terhadap klub-klub Eropa. Namun, di balik euforia tersebut, sepakbola Indonesia menyimpan paradoks besar. Negara dengan jumlah penggemar sepakbola terbesar di Asia Tenggara ini justru gagal menjadikan sepakbola sebagai alat membangun kekuatan olahraga nasional dan pemberdayaan rakyat.
Artikel ini menganalisis secara kritis kondisi sepakbola Indonesia, disertai data primer dan sekunder, grafik pendukung, serta pandangan pengamat. Tujuannya untuk memberi gambaran utuh mengapa sepakbola kita lebih sebagai komoditas konsumsi rakyat, bukan alat pembangunan bangsa.
Popularitas Sepakbola: Olahraga Rakyat yang Mencengkeram Hati
Survei Nielsen Sports (2019) menyebutkan bahwa 77% masyarakat Indonesia adalah penggemar sepakbola, angka tertinggi di Asia Tenggara. Liga 1 Indonesia rutin masuk dalam daftar liga dengan rata-rata penonton stadion terbesar di kawasan ini. Persija Jakarta, Persib Bandung, Arema FC, dan Persebaya Surabaya menjadi klub dengan basis suporter fanatik yang tak kalah dengan klub-klub Eropa.
"Sepakbola di Indonesia bukan hanya olahraga, tapi sudah menjadi bagian dari identitas sosial dan budaya," — Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (CNN Indonesia, 2023).
Namun, fanatisme ini belum berbanding lurus dengan prestasi dan kualitas ekosistem olahraga sepakbola itu sendiri.
Prestasi yang Jalan di Tempat
Timnas senior Indonesia terakhir meraih medali emas SEA Games pada 1991.
Pada level Asia, Timnas Indonesia belum pernah menjuarai kompetisi utama seperti Piala Asia.
Klub-klub nasional sesekali menembus perempat atau semifinal AFC Cup (kasta kedua Asia), seperti Persipura Jayapura (2014) atau PSM Makassar (2023).
Prestasi sepakbola Indonesia di berbagai kategori dan level kejuaraan internasional:
🎯 Timnas Senior (Putra)
Kualifikasi Piala Dunia 2026 (Tahap Ketiga – Grup C)
Indonesia menyelesaikan babak ketiga dengan finis di peringkat ke-4 Grup C, mengantongi satu kemenangan penting: 1‑0 kontra China (gol penalti Ole Romeny) fifa.com+3espn.com+3reuters.com+3.
Meskipun kalah telak 0‑6 dari Jepang pada 10 Juni 2025, keberhasilan lolos ke babak keempat menandai sejarah baru bagi Indonesia sebagai satu-satunya tim Asia Tenggara di babak ini jakartadaily.id.
Posisi FIFA
Hingga Juni 2025, Indonesia berada di peringkat 123–127, namun kemenangan atas China sempat mendekatkan posisi ke 110
👦 Timnas U‑17 (Putra)
- Di AFC U‑17 Asian Cup Saudi Arabia 2025, Indonesia berhasil lolos ke babak gugur usai mengalahkan Yaman 4‑1 dan Korea Selatan 1‑0.
- Keberhasilan ini memberi tiket otomatis ke FIFA U‑17 World Cup 2025 di Qatar.
Catatan kekalahan terakhir:
Terkini di April 2025, tergulung 0‑6 oleh Korea Utara sofascore.com+1the-afc.com+1
👩 Timnas Senior (Putri)
- Meraih gelar AFF Women's Cup 2024 setelah mengalahkan Kamboja 3‑1 dalam final — merupakan trofi pertama mereka di level senior.
- Posisi FIFA meningkat ke peringkat 97.
- Pelatih Sukses: Satoru Mochizuki
Diangkat Februari 2024, berhasil menekuk Singapura 5‑1 dalam laga debut aiscore.com+11en.wikipedia.org+11news.com.au+11.
👩🎓 Timnas U‑17 (Putri)
- Termasuk dalam daftar peserta AFC U‑17 Women's Asian Cup 2024 sebagai tuan rumah.
- Namun sayang, keberhasilan hanya sampai fase grup, tanpa lolos ke babak berikutnya
Interpretasi & Konteks
Timnas Senior (Putra): Maju ke babak keempat kualifikasi Piala Dunia untuk pertama kali, tetapi masih tertinggal jauh dari level Asia unggulan seperti Jepang.
Timnas U‑17 (Putra): Existensi di AFC U‑17 dan lolos ke Piala Dunia U‑17 mencerminkan kehadiran talenta muda, meski performa di beberapa laga berat masih lemah.
Timnas Senior (Putri): Keberhasilan AFF Cup 2024 menandakan kejayaan baru, terutama setelah lama absen, dan menjadi tren positif dalam pengembangan sepakbola perempuan.
Timnas U‑17 (Putri): Perlu perhatian lebih; masih sulit bersaing di level Asia.
Program & Pembinaan: Masih permanen dengan talenta muda, tapi kesenjangan antara fanatisme dan kinerja di lapangan masih signifikan.
Pencapaian ini sebagian besar didorong langkah-langkah instan, seperti naturalisasi pemain keturunan, bukan hasil pembinaan sistematis jangka panjang.
Infrastruktur: Rakyat Tanpa Lapangan
Sepakbola disebut sebagai olahraga rakyat, tetapi ironisnya rakyat sulit mengakses fasilitas dasar olahraga ini.
Jakarta hanya memiliki 17 lapangan sepakbola publik untuk 10 juta penduduk (Dispora DKI, 2022).
Biaya sewa lapangan pemda atau swasta berkisar antara Rp 500.000 – Rp 2 juta per 2 jam (CNBC Indonesia, 2022).
Banyak ruang terbuka hijau dan lapangan bola di kota-kota besar beralih fungsi menjadi area komersial (Tempo, 2021).
Alhasil, anak-anak muda dan talenta potensial terkubur sebelum sempat berkembang. Mereka hanya bermain bola di gang, jalan, atau lapangan seadanya.
Naturalisasi dan Jalan Pintas Prestasi
Sejak 2004, PSSI dan pemerintah gencar menaturalisasi pemain berdarah Indonesia atau asing penuh untuk memperkuat timnas.
Lebih dari 25 pemain naturalisasi digunakan hingga 2024 (Kompas, 2024).
Investasi besar dialokasikan untuk merekrut pemain instan, bukan memperkuat pembinaan grassroots.
"Kita sedang membeli prestasi, bukan membangunnya. Naturalisasi tak menyelesaikan akar masalah." — Akmal Marhali, Save Our Soccer (CNN Indonesia, 2023).
Indonesia: Konsumen Fanatik Industri Sepakbola Dunia
Indonesia menjadi pasar empuk bagi industri sepakbola global:
Penjualan jersey klub luar negeri naik 40% per tahun (Tokopedia, 2021).
Tayangan Liga Inggris, Liga Spanyol, dan Liga Champions mendominasi penonton TV dan streaming digital (Nielsen, 2021).
Indonesia menjadi tuan rumah FIFA U-17 World Cup 2023, tetapi hanya sebagai tempat event, bukan sebagai kekuatan sepakbola.
"Indonesia kini adalah konsumen fanatik industri sepakbola dunia, bukan produsen kekuatan sepakbola Asia." — Romi Yudianto, Pengamat olahraga (Detik, 2023).
📊 Popularitas dan Kesenjangan Fasilitas
Kritik Membangun
Indonesia saat ini terjebak dalam ilusi prestasi dan fanatisme konsumtif:
Fanatisme rakyat dimanfaatkan sebagai pasar industri sepakbola global, bukan sebagai energi pembangunan sepakbola nasional.
Kebijakan orientasi instan (event internasional, naturalisasi) justru mengabaikan pembangunan jangka panjang.
Talenta lokal terkubur oleh mahalnya akses fasilitas dan minimnya pembinaan usia dini yang sistematis.
"Fanatisme kita hanya menguntungkan industri sepakbola asing. Prestasi kita mandek, sistem kita kacau, dan anak bangsa tak punya tempat berkembang." — Akmal Marhali (CNN Indonesia, 2023)
Rekomendasi Perbaikan
1️⃣ Bangun lapangan sepakbola rakyat di setiap Kecamatan, dengan akses gratis atau murah.
2️⃣ Wajibkan klub Liga 1 dan Liga 2 memiliki akademi usia dini yang aktif.
3️⃣ Alihkan anggaran naturalisasi untuk pembinaan pemain lokal.
4️⃣ Integrasikan sepakbola dalam kurikulum pendidikan dasar.
5️⃣ Audit total tata kelola PSSI dan klub, tingkatkan transparansi.
Kesimpulan
Fanatisme sepakbola Indonesia adalah aset sosial yang luar biasa, tetapi selama tidak dibarengi dengan tata kelola yang baik dan pembangunan dari akar rumput, kita hanya akan menjadi bangsa penonton sepakbola, bukan pelaku sepakbola. Sepakbola semestinya menjadi alat pemberdayaan rakyat dan penggerak kesehatan bangsa, bukan sekadar industri konsumtif untuk rakyatnya sendiri.
Indonesia menunjukkan gelombang kemajuan beragam: lolos jauh di putra senior, prestasi gemilang di putri senior, dan munculnya bakat muda di U‑17. Namun, upaya konsolidasi diperlukan untuk menutup celah antara popularitas dan kinerja elite — terutama melalui pembenahan sistem pembinaan, fasilitas, dan kontinuitas tim di semua level.
Daftar Pustaka
Nielsen Sports. (2019). Football Fan Study Southeast Asia.
Dispora DKI Jakarta. (2022). Laporan Ketersediaan Lapangan Sepakbola Publik.
Kemenpora. (2021). Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Kompas. (2024). Data Naturalisasi Pemain Sepakbola Indonesia.
CNN Indonesia. (2023). Wawancara dengan Akmal Marhali, Save Our Soccer.
CNBC Indonesia. (2022). Biaya Sewa Lapangan Sepakbola Meningkat.
Tempo. (2021). Alih Fungsi Lapangan Sepakbola di Kota Besar.
FIFA – Inside FIFA: Indonesia Men's World Ranking (Juni 2025) Menyebut Indonesia berada di peringkat ke-123–127 dengan rating 1142.92 poin inside.fifa.com
FIFA.com – Artikel “Indonesia analysis | Third round of World Cup qualifying” Pembaruan timnas putra dengan pelatih Patrick Kluivert fifa.com .
TheJakartaPost (Okt 2024) – “Indonesia advances to U‑17 Asian Cup finals” Penjelasan lolos Timnas U‑17 ke Piala Asia 2025.
- AFC.com (Apr 2025) – Laporan Grup C: Afghanistan 0‑2 Indonesia, Menyebut Indonesia juara Grup C AFC U‑17 Asia Cup 2025.
- ANTARA News (Apr 7 2025) – “Indonesia advances to FIFA U‑17 World Cup 2025”. Menyebut kemenangan 4‑1 atas Yaman yang menkonfirmasi tiket ke Piala Dunia U‑17 Qatar.
- VietnamNet (2025) – “Indonesia soars ... at U‑17 Asian Cup”. Menyatakan Indonesia meraih sempurna 9 poin di fase grup AFC U‑17 Asia Cup
365Scores – Rekap pertandingan U‑17: Indonesia vs Yaman 4‑1 (Apr 7, 2025)
- ASEAN Football Federation (Jun 5 2024)
Laporan final AFF Women's Cup 2024, Indonesia mengalahkan Kamboja 3‑1. - HerFootballHub (2024)
Artkel sejarah kemenangan Indonesia di AFF Women’s Cup pertama kali herfootballhub.com+1asianews.network+1. - Inside FIFA – Women's World Ranking (12 Juni 2025)
Ranking terbaru timnas putri
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI