Mohon tunggu...
qoem ahmad
qoem ahmad Mohon Tunggu... Foto/Videografer - amatir documentary

Pembelajar, pembaca dan pendengar yang baik; Lagi belajar nulis, terimakasih jika berkenan memberi masukan dan kritik agar bisa lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi] Jingga

12 Desember 2016   12:57 Diperbarui: 12 Desember 2016   13:25 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jingga

Sore kala mentari mengepakkan sayap menuju ufuk barat, aku mendengar untaian dendang nada menyayat sukma - samar samar pelan menghilang di antara derai kabut yang terluka. Firasatku tembang kesaksian tentang rakus serakah kawula bumi. 

Sore kala bias wewangian melukis lembayung, sayup sayup irama gemericik berbisik pelan menghinggapi nuansa, menyelimuti alam raya, menggiring syahdu pesan Ilah, akan sembah sujud adalah jatah lakon yang mesti, laksana menghatur upeti pada tuan sahaja.

Sore kala lenyap, malam bergeser mengatur cengkram gulita. Akal menghujam kuasa nafsu, mengaburkan dendang - menggantinya dengan lagu penghantar tidur - dan seketika sebal dan pedih ciut terkubur dalam ingatan; lelap menunggangi tubuh.

Sore berganti, kayuh sepeda berlari mengejari dian, mengulang masa hari Jumat. Berjarak, aku menanti nada nada keserakahan kawula negari yang lain. Saat suara suara kesedihan menggelayuti, telah. Hanyut, sadarku kelimpungan terbawa arus, menjauh dari bayang bayang realitas kolonial.

Sore tetiba utopis; jingga.

08/08 18:08 

zetbe

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun